Home Kesehatan Mau menikah? Pahami Program Pencegahan Stunting

Mau menikah? Pahami Program Pencegahan Stunting

Jakarta, Gatra.com - Program pencegahan stunting mesti dilakukan sosialisasi secara berkala. Terlebih kepada para pasangan calon pengantin. Sebab, stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita dapat dicegah sejak dini, atau sejak masa kehamilan pada Ibu hamil.

Dwi Listyawardani, penyuluh dari BKKBN Pusat mengatakan, sosialisasi pencegahan stunting dilakukan kepada calon pengantin. Maka, calon pengantin yang telah mendapatkan penyuluhan ini akan memperoleh sertifikat pra-nikah.

Selain itu, calon pengantin juga diperiksa kondisinya, apakah kurang darah atau tidak "Jika dalam kondisi kurang darah berarti belum siap untuk hamil," kata Dwi Listyawardani dalam acara pencegahan stunting di RPTRA Saharjo, Jakarta Selatan, pada Kamis (4/8) pagi.

Pada kegiatan program percepatan penurunan stunting yang dilakukan oleh GATRA Media Group tersebut, Dwi Listyawardani juga mengatakan, pola makan yang sehat dan bergizi untuk anak-anak juga merupakan langkah untuk mencegah stunting.

"Peran semua pihak tak hanya pemerintah melalui BKKBN, melainkan juga dunia usaha (industri) dan media masa," kata Dwi Listyawardani berbicara terkait target penurunan stunting khususnya di wilayah DKI Jakarta.

Sementara, kegiatan yang kebanyakan diikuti oleh Ibu-Ibu kader PKK dan Kader Posyandu ini, dr. Dewi Virdianti dari Health Care Communicator Kalbe Nutrionals mengatakan, dalam mencegah stunting peran pemberian nutrisi pada 1000 hari pertama kehidupan sangat penting.

"Dimulai dari sejak kehamilan usia 9 bulan ditambah 6 bulan pertama pada saat pemberian asi ekslusif, lalu pada masa setelah 6 bulan kedepan hingga anak-anak berusia 2 tahun," kata dr. Dewi menguraikan 1000 hari pertama yang dimaksud.

Senada dengan Dwi Listyawardani, dr. Dewi juga mengatakan, pencegahan stunting dimulai sejak prakehamilan, setelah menikah untuk mencegah gangguan gizi kronis pada anak.

Selain itu, pengetahuan soal gizi pada anak juga untuk mencegah obesitas yang mengakibatkan anak menjadi kurang daya serapnya ketika belajar.

"Jika dibiarkan masa depannya menjadi tidak baik. Dan (saat dewasa) tidak bisa mendapatkan penghasilan yang baik. Ini menjadi lingkaran yang terus berulang," kata dr. Dewi dalam paparnya dalam hal penurunan angka stunting.

Oleh karena itu, target menurunkan angka stunting dari angka 24% kmenjadi 14% pada tahun 2024 menjadi tugas bersama. "Karena (stunting) punya efek jangka panjang," ujarnya.

Maka, dr. Dewi menyarankan, bagi pasangan calon pengantin jangan hanya mempersiapkan prosesi pernikahannya saja, yang nilainya hingga jutaan rupiah untuk pesta.

"Bagi (Pasangan muda) juga harus mempersiapkan gizi untuk anak, agar anak-anak menjadi sehat," ujar dr. Dewi sembari memberikan tips-tips sederhana pencegahan stunting bagi orang tua.

Kegiatan sosialisasi pencegahan stunting bertajuk "Cegah Stunting Keluarga Bahagia" ini dilaksanakan selama tiga kali di Wilayah DKI Jakarta. Sebelumnya, kegiatan serupa telah dilaksanakan pada Kamis (28/7) lalu di RPTRA Baung Kebagusan, Jakarta Selatan, dan pada Kamis (2/8) di RPTRA Tiga Duren, Duren Tiga serta hari ini Kamis (4/8) di RPTRA Saharjo, Menteng Atas.

177