Home Ekonomi Mentan Sebut Harga Mi Instan Bakal Naik 3 Kali Lipat, Ini Penyebabnya

Mentan Sebut Harga Mi Instan Bakal Naik 3 Kali Lipat, Ini Penyebabnya

Jakarta, Gatra.com – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyebut bahwa harga mi instan akan naik hingga tiga kali lipat. Menurut dia, hal itu sebagai dampak dari perang Rusia dan Ukraina menyebabkan ancaman pasokan gandum global. SYL mengungkapkan, Rusia saat ini masih menyimpan 181 juta ton gandum di negaranya.

"Hati-hati yang makan mi dari gandum, besok harganya tiga kali lipat itu. Maafkan, Saya bicara ekstrem saja ini," kata Mentan SYL dalam webinar Dirjen Tanaman Pangan, dikutip Rabu (10/8).

Menurut SYL, gandum masih bisa tersedia namun harganya akan sangat mahal. Sebab, selama ini Indonesia masih seutuhnya bergantung pada importasi.

Sebab itu, SYL pun menyarankan untuk beralih memanfaatkan sumber pangan lokal lainnya, seperti singkong, sorgum, maupun sagu.

"Kalau saya sih pilih makan apa saja yang ada, singkong, sorgum, sagu. Karena menghadapi tantangan-tantangan ini tidak kecil," ucapnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) membangun peta jalan pembangunan hilirisasi sorgum sebagai upaya antisipasi menghadapi kelangkaan gandum global.

Dalam peta jalan tersebut, pemerintah menargetkan luas tanam sorgum mencapai 40.000 hektare tersebar di 17 provinsi hingga tahun 2024 dengan estimasi produksi mencapai 154.464 ton.

Sementara itu, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rusli Abdullah, tak yakin rencana pemerintah menjadikan sorgum sebagai substitusi gandum bisa terealisasi sesuai target di tahun 2024.

"Saya rasa kalau waktunya hanya sampai 2024, rencana ini belum bisa secara teknis dan administratif belum siap," sebutnya.

Rusli menekankan agar upaya hilirisasi sorgum sebagai pengganti gandum juga memerlukan riset pengembangan produk dan preferensi masyarakat terhadap produk olahan dari sorgum seperti mi, roti, dan lainnya.

"Pemerintah juga perlu mengadakan program untuk melakukan riset terkait pengembangan produk sorgum dan preferensi konsumen. Ini bisa dengan menggandeng pengusaha dan peneliti," kata Rusli kepada Gatra.

80