Home Nasional Kajian Biologi Atasi Masalah Lingkungan di Pembangunan IKN Nusantara

Kajian Biologi Atasi Masalah Lingkungan di Pembangunan IKN Nusantara

Sleman, Gatra.com - Pembangunan ibu kota negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur akan tetap memperhatikan kelestarian alam setempat. Ilmu biologi punya sumbangsih dan peran penting atas hal itu.

Demikian yang mengemuka dalam Seminar Nasional ‘Kontribusi Biologi dalam Pembangunan Ibu Kota Nusantara Berkelanjutan’ gelaran Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) di Gedung Pusat UGM, Rabu (10/8).

Sejumlah pakar, terutama akademisi biologi, memaparkan kajian dan penelitian mereka yang berguna untuk pembangunan IKN. Forum ini juga menghasilkan rekomendasi untuk pembangunan IKN dengan tetap menjaga keanekaragaman hayati.

Koordinator Tim Ahli Tim Transisi Otorita Ibu Kota Nusantara, Wicaksono Sarosa, menjelaskan pembangunan IKN punya tantangan dalam menyeimbangkan pembangunan infrastruktur dan upaya konservasi alam.

“Bukan hanya konservasi sebenarnya, tapi juga rehabilitasi karena banyak (lahan) yang sudah rusak,” ujar Wicaksono.

Ia memaparkan sejumlah kawasan di IKN saat ini ditumbuhi banyak tanaman monokultur seperti eukaliptus. Untuk itu, pemerintah sedang menggalakkan penanaman tumbuhan lain yang bakal menjaga kondisi lahan di sana.

“Kami mulai menyiapkan dan menanam berbagai tananam. Ada strategi yang sedang dikembangkan seperti dari kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan supaya (pembangunan) berlangsung smooth,” tuturnya.

Wicaksono menyebut 75 persen dari kawasan IKN seluas 256 ribu hektar akan berupa ruang hijau. “Tujuannya juga supaya menyerap emisi yang dihasilkan ibu kota nanti. Sudah pasti akan ada emisi, tapi harapannya terserap oleh tanaman yang ada sehingga imbang,” ujarnya.

Menurutnya, tantangan lain adalah tanah di IKN didominasi tanah clay shale yang memiliki daya dukung dan kesuburan rendah. Selain itu, banyak juga lubang bekas tambang yang butuh penanganan khusus.

“Kami akan mendiskusikan hal ini degan banyak pihak dan ahli, seperti dari forum DAS, untuk mencari solusi. Konsep normatinya saat ini dengan sponge city. Kita akan lihat apakah itu bekerja,” kata dia.

Ketua Dewan Guru Besar UGM Moch Maksum menyebut kawasan IKN memang memiliki banyak vegetasi dengan daya dukung lahan yang rendah, seperti eukaliptus dan akasia.

Namun kawasan tersebut juga kaya akan tanaman yang potensial untuk dikembangkan, seperti bajaka yang berguna untuk mendongkrak imunitas. Untuk itu, ia meminta para peneliti biologi mengoptimalkan peran mereka.

“Biologi punya peran luar biasa untuk melakukan konservasi lingkungan dan mengamankan lahan seperti dari banjir dan emisi karbon,” ujarnya.

Dekan Fakultas Biologi UGM Budi Setiadi Daryono mengatakan, konsep pembangunan wilayah saat ini telah beralih dari antoposentri menuju ekosentris yang memperhatikan kelestarian alam.

“Hidup harmoni dengan biodiversitas itu sekarang tidak bisa dihindari. Kami pun mulai mengerjakan pendekatan itu karena pembangunan antroposentris terbukti lebih banyak upaya recovery-nya,” ujarnya.

Menurutnya, akademisi biologi punya bekal keilmuan yang cukup untuk mewujudkan konsep ekosentrisme di IKN, terutama dalam pemulihan lahan dan pengembangan tanaman polikultur.

“Apalagi UGM punya lesson learn di Wanagama Gunungkidul yang berhasil menumbuhkan banyak tanaman. Setelah tanaman, fauna juga pasti akan menyusul. Kami tidak berhenti memberi masukan ilmiah dan saintifik,” ujarnya.

218