Home Internasional Media Konservatif Iran Puji Penyerang Salman Rushdie

Media Konservatif Iran Puji Penyerang Salman Rushdie

Teheran, Gatra.com - Surat kabar ultra-konservatif Iran, Kayhan pada hari Sabtu memuji pria yang menikam penulis Inggris Salman Rushdie - target dari fatwa Iran 1989 yang menyerukan kematiannya.

AFP melaporkan, Sabtu (13/8) saat ini Rushdie menggunakan ventilator pasca serangan dalam acara sastra di negara bagian New York pada hari Jumat. Dia muncul setelah lebih dari 30 tahun bersembunyi setelah keluarnya fatwa dibunuh oleh mendiang pemimpin tertinggi Ruhollah Khomeini.

“Bravo untuk pria pemberani dan sadar tugas yang menyerang Salman Rushdie yang murtad dan bejat di New York,” tulis surat kabar itu, dengan menunjuk pemimpin tertinggi saat ini, Ali Khamenei.

“Mari kita cium tangan orang yang merobek leher musuh Tuhan dengan pisau,” tambah harian itu.

Dengan pengecualian publikasi reformis Etemad, media Iran ini mengikuti garis yang sama, yang menggambarkan Rushdie sebagai “murtad” (keluar dari Islam).

Surat kabar milik negara Iran itu mengatakan bahwa "leher iblis" telah "dipotong dengan pisau cukur."

Pihak berwenang Iran belum mengeluarkan komentar resmi tentang serangan penusukan terhadap Rushdie.

Namun Mohammad Marandi, penasihat tim perunding untuk pembicaraan nuklir Iran di Wina, menulis di Twitter: “Saya tidak akan meneteskan air mata untuk seorang penulis yang menyemburkan kebencian dan penghinaan tanpa akhir terhadap Muslim dan Islam.”

"Tapi, bukankah aneh bahwa saat kita mendekati kesepakatan nuklir, AS membuat klaim tentang pukulan terhadap Bolton ... dan kemudian ini terjadi?" dia bertanya.

Serangan itu terjadi setelah Iran mengisyaratkan sebelumnya pada hari Jumat bahwa mereka mungkin menerima kompromi akhir, untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan dunia. Ini menyusul pengusulan Uni Eropa dari ‘kesimpulan akhir’ pembicaraan di Wina.

Departemen Kehakiman AS mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka telah mendakwa seorang anggota Pengawal Revolusi Iran atas tuduhan telah menawarkan untuk membayar seseorang di Amerika Serikat dana sebesar US$ 300.000, untuk membunuh mantan penasihat keamanan nasional Gedung Putih, John Bolton.

Iran menolak tuduhan itu dengan menyebut sebagai tanggapan "fiksi" atau tidak benar.

Rushdie, 75 tahun, menjadi sorotan dengan novel keduanya "Midnight's Children" pada tahun 1981, yang memenangkan pujian internasional dan Penghargaan Booker bergengsi Inggris, sebagai penggambaran India pasca-kemerdekaan, tempat dimana ia dilahirkan.

Tapi bukunya tahun 1988 “The Satanic Verses” mengubah hidupnya ketika Khomeini mengeluarkan dekrit fatwa agama yang memerintahkan pembunuhannya.

Pada tahun 1998, pemerintah presiden reformis Iran Mohammad Khatami meyakinkan Inggris bahwa Iran tidak akan menerapkan fatwa tersebut.

Namun Khamenei mengatakan pada tahun 2005 bahwa dia masih percaya Rushdie adalah seorang murtad. “Fatwa”pembunuhanya tetap akan “diizinkan” oleh sebagian Islam.

71