Home Ekonomi BI Apresiasi Strategi Pemkot Denpasar Cegah Laju Inflasi

BI Apresiasi Strategi Pemkot Denpasar Cegah Laju Inflasi

Jakarta, Gatra.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar telah menetapkan strategi atau langkah jangka pendek untuk menekan laju inflasi. Strategi tersebut adalah melakukan operasi pasar.

“Untuk strategi jangka pendek dalam bulan Agustus-Desember ini kami akan menggelar operasi pasar untuk menekan laju inflasi," kata Jaya Negara dalam keterangan pers diterima pada Sabtu (20/8).

Lebih lanjut Jaya Negara mengatakan, pelaksanaan operasi pasar murah dititikberatkan pada komoditas penyumbang inflasi seperti cabai, bawang merah, dan kebutuhan pokok lainnya. Menurutnya, ini menjadi strategi jangka pendek untuk menekan laju inflasi. Operasi pasar akan dilakukan melalui program Sewaka Mart milik Perumda Pasar Sewaka Dharma.

Ia melanjutkan, Pemkot Denpasar akan melakukan kerja sama antardaerah untuk mendorong pemenuhan pasokan komoditas. Selain itu, program gerakan tanam hortikultura di pekarangan rumah bekerja sama dengan TP. PKK juga diharapkan dapat menekan laju inflasi.

“Ke depannya langkah-langkah pengendalian inflasi diarahkan pada tercapai ketersedian pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif sesuai dengan Roadmap TPID Tahun 2022-2024,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, langkah tersebut telah disampaikan dalam rapat High Level Meeting (HLM) Tim Pengendali Inflasi (TPID) Kota Denpasar pada pekan ini dihairi oleh Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa; dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Trisno Nugroho; serta Kepala OPD terkait.

Trisno menyampaikan, inflasi Denpasar pada Juli 2022 sebesar 6,72 persen lebih tinggi dari target inflasi nasional sebesar 4,94 persen. Oleh karena itu, perlu dilakukan strategi untuk menekan laju inflasi salah satunya dengan operasi pasar murah.

“BI mengapresiasi langkah Pemkot Kota Denpasar yang akan melakukan operasi pasar dari Bulan Agustus-Desember 2022. Dengan adanya operasi pasar tentu dapat memberikan harga yang berimbang terutama pada volatile food seperti cabai dan bawang merah serta kebutuhan pokok lainnya,” ujarnya.

Lebih lanjut Trisno menyampaikan, untuk jangka panjang perlu dibentuknya perusahaan daerah pangan sebagai agregator dalam mengurangi rantai distribusi. Selain itu, diperlukan modernisasi pertanian dan efisiensi biaya produksi pemanfaatan controlled atmosphere storage (CAS), pembangunan pasar induk untuk komoditas bahan pokok dan hortikultura serta monitoring distribusi di pintu masuk dan keluar pelabuhan.

102