Home Regional Angkat Kembali Kemasyhuran Kesenian Tradisional, DPRD Jateng Besut Laras Budaya

Angkat Kembali Kemasyhuran Kesenian Tradisional, DPRD Jateng Besut Laras Budaya

Pati, Gatra.com- Anggota DPRD Jawa Tengah (Jateng) Kartina Sukawati menegaskan, pelestarian budaya kudu menyentuh generasi muda, utamanya mampu mensejahterakan pelaku seni.

Disamping itu, Ia mengaku prihatin atas pengaruh negatif teknologi informasi. Menurutnya, era global yang sarat dengan teknologi digital tanpa terasa menggerus budaya dan karakter khas bangsa Indonesia.

Anggota Komisi D DPRD Jateng ini mengatakan, wakil rakyat berkomitmen untuk ikut membantu mengangkat kembali seniman tradisional. Program Laras Budaya menjadi upaya DPRD Jateng untuk menguatkan kembali kesenian tradisional.

Laras Budaya DPRD Jateng merupakan program menggerakkan pelaku kesenian tradisional untuk kembali berkarya pascapandemi Covid-19. Sekaligus menjaga dan melestarikan budaya.

"Saya melihat secara perlahan budaya kita semakin tergerus arus globalisasi. Masuknya budaya luar sebagai konsekuensi globalisasi membuat anak-anak kita asing dengan budaya kita," ujarnya dalam Dialog Parlemen di Sanggar Paringga Jati Raras Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Sabtu (3/9).

Dialog tersebut dirangkai pentas tari tradisional khas Pati. Sebanyak 30 anak didik Lembaga Pendidikan Pelatihan dan Pengembangan (LP3) Sanggar Seni Paringga Jati Raras Pati tampil dengan dua karya seni tari.

Sebagai pembuka, sanggar yang berada di Desa Semampir, Kecamatan Pati Kota ini menyajikan tari kreasi "Gugur Gunung". Tari tersebut mengekspresikan kerukunan masyarakat untuk membangun Pati.

Pada penampilan puncaknya dipanggungkan dramatari "Dumadine Pati Pesantenan". Tema itu lekat dengan sejarah berdirinya Kabupaten Pati.

Ina sapaan akrab Kartina Sukawati mengemukakan, generasi muda atau kalangan milenial perlu dibiasakan kembali dengan kesenian tradisional, yang menjadi bagian dari unsur budaya. Mengingat, budaya merupakan faktor pembentuk karakter dan jati diri bangsa.

Sejalan dengan itu, pelestarian budaya juga perlu menyentuh para pelakunya. Pegiat kesenian tradisional membutuhkan dukungan dan dorongan untuk konsisten mengembangkan potensinya.

Pandemi Covid-19, menurutnya memperburuk kondisi pelaku kesenian. Eksistensi mereka terganggu, bahkan drop.

"Banyak seniman datang ke tempat saya. Ada yang sampai ngenes, minta galemannya dibeli karena sudah tidak kuat terdampak pandemi. Jadi, perlu upaya bersama untuk kembali mengangkat pelaku seni yang selama ini ikut menjaga budaya," urainya dalam dialog bertema "Nguri-uri Kesenian Tradisional Pati".

Sementara, narasumber lain Budiono membenarkan pergeseran kebiasaan anak-anak di era sekarang. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu bermain ponsel dibanding berkegiatan positif.

"Apa yang dingendikake Bu Ina benar. Kami pelaku kesenian tradisional terpuruk terdampak pandemi Covid-19. Alhamdulillah dukungan DPRD Jateng membuat kami bersemangat kembali untuk berkarya dan nguri-uri budaya," papar.

169