Home Politik Capres Pilihan Elite dan Parpol Menyandera Rakyat

Capres Pilihan Elite dan Parpol Menyandera Rakyat

Jakarta, Gatra.com– Sebuah survei yang dirilis oleh Lembaga Riset dan Konsultasi Publik Algoritma pada Minggu (21/8) silam mencatat bahwa tiga tokoh paling populer dalam bursa calon presiden 2024, yakni Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Namun ketiganya, tak mampu seratus persen meyakinkan publik bahwa mereka dapat mengatasi empat problema pokok yang saat ini dihadapi Indonesia, yakni mengatasi polarisasi politik, memulihkan ekonomi, memajukan peran Indonesia di kancah internasional, dan memberantas korupsi.

Mengenai itu, pengamat politik Jeirry Sumampow berpendapat bahwa, setidaknya dalam empat poin tersebut, masyararakat cenderung masih ragu pada nama-nama teratas dalam bursa calon presiden 2024.

Oleh karena itu, Jeirry pun mengaku, ingin publik betul-betul melihat kemampuan suatu tokoh untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tadi. Sebab, dalam hematnya, kemampuan itu menjadi poin penting yang harus publik kenali.

“Kita bisa mendorong teman-teman media dan mungkin juga lembaga survei ya, untuk menyajikan opini-opini kepada publik itu yang memang bisa mendorong publik itu lebih cerdas. Baiknya, mampu masuk kepada substansi, bagaimana menilai orang yang bersangkutan,” kata Jeirry dalam diskusi publik “Titik Temu” terkait kemungkinan calon alternatif dalam bursa Capres 2024, Selasa (6/9).

Ia memaparkan, substansi tersebut terkait dengan bagaimana solusi yang ditawarkan figur publik untuk mengatasi masalah-masalah tadi. Dengan kata lain, ia menyarankan agar media dan lembaga survei mulai bergeser pada pertanyaan baru, terkait kemampuan apa yang dimiliki oleh masing-masing figur.

Oleh karena itu, Jeirry juga memandang pemberian tandingan opini sebagai suatu hal yang perlu, untuk mendorong pihak yang mungkin lebih mampu untuk mengatasi problema-problema tadi.

“Menurut saya, kita harus mengeluarkan semacam tandingan opini lah, untuk mendorong orang-orang yang mungkin bagi publik itu lebih mampu menyelesaikan masalah tersebut,” ujar koordinator Komite Pemilih Indonesia (TEPI) itu.

Terlebih, apabila tokoh-tokoh tersebut tidak mendapatkan spot cukup di media, atau bahkan tidak memiliki tim sukses yang secara sengaja melakukan branding terhadap mereka.

Apalagi, Jeirry juga memandang bahwa media pemberitaan terlalu mempopulerkan nama-nama yang saat ini secara konsisten mengisi bursa Capres 2024 tadi. Hal itu pun membuat masyarakat seolah tak memiliki pilihan lain. Terlebih, popularitas tokoh-tokoh tersebut berkontribusi terhadap elektabilitas mereka.

Selain itu, ia juga melihat bahwa partai politik kerap kali menyajikan masyarakat Indonesia dengan calon-calon pemimpin pilihan partai politik. Di mana, mereka tidak dapat memilih calon di luar pilihan yang telah tersaji, meski mereka merasa tidak yakin untuk memilih tokoh tersebut.

“Pemilih tersandera oleh apa yang ditawarkan oleh para elite dan partai politik,” tegas Jeirry.

163