Home Nasional Jenderal Andika Memasuki Masa Pensiun, Pengamat: Saatnya TNI Dipimpin Matra Laut

Jenderal Andika Memasuki Masa Pensiun, Pengamat: Saatnya TNI Dipimpin Matra Laut

Jakarta, Gatra.com – Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa akan memasuki masa pensiun pada Desember 2022. Pada pengujung tahun ini, jenderal berbintang empat itu berusia 58 tahun. Karena itu, masa jabatannya sebagai Panglima TNI juga akan berakhir. Suksesi kepemimpinan di tubuh TNI menjadi isu yang kencang dibicarakan sejumlah pengamat dan analisis pertahanan.

Pengamat militer Wibisono mengatakan bahwa sesuai aturan, calon Panglima TNI yang akan diajukan oleh presiden kepada DPR untuk diuji kompetensinya (fit and proper test) adalah perwira tinggi yang pernah menduduki jabatan Kepala Staf Angkatan dan belum memasuki masa pensiun.

“Dengan ketentuan itu, maka yang berpeluang dipilih oleh Presiden Joko Widodo saat ini adalah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (AD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (AL) Laksamana TNI Yudo Margono dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (AU) Marsekal TNI Fadjar Prasetya,” ujar Wibisono dalam keterangannya kepada Gatra.com.

Menurut Wibisono, takaran peluang ketiga perwira tinggi itu ditunjuk sebagai Panglima TNI oleh Presiden Jokowi merujuk pada sejumlah parameter. Yakni, usia para kandidat dan sistem bergilir (rotasi) antar matra, serta dinamika ancaman pertahanan. Lelaki yang karib disapa Wibi itu menyatakan, peran matra AL sangat vital untuk menjaga situasi keamanan yang memanas di Laut Natuna Utara.

“Saya sangat mendukung kalau Panglima TNI nanti giliran (perwira tinggi) dari matra laut,” kata Wibisono.

Dari sisi umur, ketiganya memiliki peluang yang sama, karena hingga Desember 2022 masih memiliki waktu atau rentang jabatan aktif antara satu hingga dua tahun. Jenderal Dudung Abdurachman, lahir pada 19 November 1965 atau berusia 57 tahun, Laksamana Yudo Margono lahir 26 November 1965 atau berusia 57 tahun dan Marsekal Fadjar Prasetyo lahir 9 April 1966 atau berusia 56 tahun.

Pengamat Militer Wibisono dan KSAL Yudo Margono (Istimewa)

“Sementara dari sisi sistem bergiliran antar angkatan, jika saat ini Panglima TNI dijabat oleh perwira tinggi dari Angkatan Darat, maka pada periode selanjutnya adalah peluang bagi perwira tinggi dari TNI Angkatan Laut atau TNI Angkatan Udara,” ungkap Wibi.

Hanya saja, Panglima TNI sebelum Jenderal Andika Perkasa sudah dijabat matra TNI AU, yakni Marsekal Hadi Tjahjanto. Hadi Tjahjanto, setelah pensiun dari TNI, dipilih menjadi Menteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia/Kepala Badan Pertanahan Nasional.

“Melihat semua itu, maka yang berpeluang besar untuk dipilih Jokowi adalah Laksamana TNI Yudo Margono, perwira tinggi dari korps pelaut yang pernah menjabat Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I ini,” ujarnya.

Meski demikian, presiden sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam UUD Nomor 29 Tahun 1954 tentang Pertahanan Negara RI, memiliki hak prerogatif untuk menentukan siapa yang akan dipilih untuk memimpin tentara dari tiga matra itu.

Selain itu, dalam sejarah reformasi, Panglima TNI berturut-turut dijabat oleh perwira TNI AD pernah terjadi, yakni saat Jenderal Moeldoko digantikan Jenderal Gatot Nurmantyo. Ia menilai KSAL Yudo Margono terlihat berperan melaksanakan arahan Presiden dan Panglima TNI dalam mendukung percepatan penanganan Covid-19. Di mana TNI AL aktif menyiapkan sarana transportasi darat, Kapal Perang Republik Indonesia (KRI), dan pesud untuk mendistribusikan vaksin dan bantuan ekonomi ke masyarakat

“Kiprah pak Yudo akhir akhir ini sangat menonjol dalam hal penanganan Covid-19, dengan serbuan vaksin sampai ke daerah terpencil menggunakan fasilitas Angkatan Laut, serta dengan tegas menangkap penyelendup narkoba dan kapal ikan yang memasuki wilayah laut RI,” pungkas Wibisono.

4360