Jakarta, Gatra.com- Pengakuan Ganjar Pranowo soal Eko Kuntadhi mendapat respon keras pengamat politik. Mereka menilai Ganjar telah berbohong soal tidak ada hubungan dengan Ketua Umum Kornas Ganjarist itu. Saat mengunggah ujaran kebecian, posisi Eko Kuntadhi adalah Ketua Umum Kornas Ganjarist yang kemudian mundur.
Eko Kuntadhi yang menggugah di Twitternya potongan video Ning Imaz yang diproduksi NU Online yang disertai keterangan (caption) bernada kasar. Dalam video itu, Ning Imaz sedang menjelaskan tentang tafsir Surat Ali Imran ayat 14.
“Tolol tingkat kadal. Hidup kok cuma mimpi selangkangan,” demikian tulisan atau caption yang ada dalam video unggahan Eko Kuntadhi itu.
Ganjar pun bereaksi terhadap aksi Eko Kuntadhi itu. "Sebenarnya saya tidak terkait langsung, tapi yang beredar seolah Ganjar. Saya sebagai politisi, tidak pernah membuat relawan-relawan, jadi aktivitas (Eko) di Ganjarist tidak tahu, saya tidak ikutan," kilah Ganjar terhadap ulah relawannya sebagaimana dikutip detik.com.
Meski demikian, Ganjar mengapresiasi sikap Eko Kuntadhi ketika merasa salah kemudian meminta maaf bahkan mundur dari Ketum Ganjarist. Selain itu, Ganjar juga mengapresiasi Eko datang langsung ke Ponpes Lirboyo untuk meminta maaf.
Pengakuan Ganjar tidak mengikuti dan tidak ada hubungan apapun dengan Ketum Ganjarist Eko Kuntadhi dinilai pengamat sebagai bohong. Pasalnya, Ganjar tidak mungkin tidak tahu kiprah Eko yang mendukung dirinya.
"Kalau melihat posisi Eko Kuntadhi sebagai Ketua relawan Ganjarist menurut saya tidak dapat dipercaya jika Ganjar tidak mengenal dekat. Apalagi relawan Ganjarist ini sudah memiliki jaringan nasional dan sering menyuarakan dukungan terhadap Ganjar," ujar Catur Nugroho, Pengamat Politik Indonesia Political Opinion (IPO) kepada wartawan, Jumat, 16/9.
Catur juga mengatakan, ulah Eko Kuntadhi tersebut harga yang harus dibayar para relawan Ganjarist, karena mengangkat Ketum seorang buzzer politik.
"Kegiatan Eko Kuntadhi selama ini dekat dengan media sosial dan dunia politik, dan cenderung menggunakan kata-kata atau terminologi yang kurang memperhatikan etika di dunia Siber. Peristiwa dimana Eko Kuntadhi menghina tokoh NU di Jatim dengan kata-kata kasar menjadi bukti bahwa buzzer politik seringkali tidak mengindahkan etika dalam bermedia sosial," tegasnya.