Home Ekonomi Indonesia Brand Forum 2022: Kolaborasi Kunci Bertahan di Industri

Indonesia Brand Forum 2022: Kolaborasi Kunci Bertahan di Industri

Jakarta, Gatra.com - Selepas masa pandemi, strategi yang ampuh untuk memenangkan pasar dinilai bukan lagi melalui jalur berkompetisi, melainkan koopetisi, atau berkolaborasi. Hal ini diungkapkan oleh Founding Chairman Indonesia Brand Forum (IBF), Yuswohady.

“Ini adalah jantungnya keunggulan bisnis. Sebab, dengan kolaborasi, masing-masing pihak, baik brand maupun korporat dapat saling bahu-membahu mengintegrasikan ekosistem fisik maupun digital. Kolaborasi akan menghasilkan win-win solution bagi semua pihak,” ujarnya dalam pembukaan IBF 2022, Senin (19/9).

Yuswohady menegaskan bahwa saat ini kolaborasi kian penting, karena dari hari ke hari, masyarakat dan dunia bisnis menghadapi situasi mutakhir yang semakin tinggi tingkat ketidakpastiannya. Ia merujuk fakta bahwa setelah dilanda aneka disrupsi, datangnya pandemi, lalu meletusnya perang Rusia-Ukraina, kini masyarakat dan dunia bisnis menghadapi berbagai tantangan baru yang tidak mudah.

“Mulai dari beban kenaikan harga BBM, ancaman stagflasi (inflasi tinggi yang diikuti stagnannya pertumbuhan ekonomi), gangguan distribusi global (supply-chain bottleneck), dan hingga ketidakmenentuan kebijakan pemerintah.” bebernya,

“Disrupsi semacam itu membuat kita semua, anggota masyarakat dan dunia bisnis menghadapi dampak ekonomi dan psikologis yang tidak ringan. Situasi ketidakpastian yang makin tinggi ini menuntut kita bersikap cerdas dan cermat. Khusus para pelaku bisnis, inilah saatnya menyatukan kekuatan satu sama lain, bergandengan tangan bersama, alih-alih bersaing habis-habisan. Istilah saya, ke depannya kita harus berkolaborasi, karena ‘Kalau Nggak Kolab, Bakal Kolaps’.” lanjutnya.

Yuswohady menilai akan sulit menghadapi berbagai tantangan saat ini sendirian, terlebih harus berkompetisi tak keruan, berperang tanpa arah. “Dengan kolaborasi, tercipta situasi win-win. Ini sebuah advantage. Sebaliknya, tanpa kolaborasi, kita menghabiskan banyak energi dan sumber daya, tapi tak menciptakan situasi yang saling menguntungkan. Sebuah disadvantage,” jelasnya.

Adapun untuk melakukan kolaborasi, atau saling menyatukan kekuatan, Yuswohady menegaskan perusahaan bisa menempuh dengan tiga strategi. Pertama, leverage brand audience. Kedua, sinergize brand asset. Ketiga, align brand identity.

Dalam leverage brand audience, kolaborasi dilakukan untuk memperluas pasar dan target audience. “Ketika dua merek berkolaborasi maka masing-masing pasarnya disatukan sehingga kolamnya membesar,” ujarnya.

Kedua, sinergize brand asset. Melalui kolaborasi, merek juga bisa menyinergikan aset yang dimiliki masing-masing pihak yang berkolaborasi sehingga menghasilkan kekuatan gabungan yang jauh lebih besar.

Ketiga, align brand identity. Kolaborasi yang impactful harus menyelaraskan identitas dari masing-masing merek sehingga tercipta chemistry yang serasi. “Keselarasan adalah prasyarat terpenting terciptanya Brand Collab Advantage. Keselarasan adalah prasyarat kelestarian kolaborasi,” tutur Yuswohady.

370