Home Pendidikan Meluruskan Mitos Miring tentang Pendidikan di Indonesia Timur

Meluruskan Mitos Miring tentang Pendidikan di Indonesia Timur

Jakarta, Gatra.com – Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar Hikmat Hardono mengatakan, kondisi pendidikan di Timur Indonesia tak selalu sesuai dengan rentetan asumsi yang disebarluaskan. Perjalanan Hikmat selama 12 tahun bersama rekan-rekannya di Indonesia Mengajar telah memotret bagaimana bingkai miring dan negatif yang kerap kali digunakan untuk menggambarkan Indonesia Timur pada kenyataanya tidak benar-benar terjadi.

“Kenyataannya, kondisi yang terjadi di lapangan tidak selalu sesuai dengan asumsi-asumsi yang disebarluaskan," ujar Hikmat dalam konferensi pers “Konferensi: Pendidikan di Timur Indonesia”, pada Selasa (20/9).

Baca juga: Program Praktisi Mengajar, Kolaborasi Tingkatkan Kompetensi Mahasiswa

Seperti dikatakan oleh Iffah Sullistyawati, seorang pengajar muda XXI di Kabupaten Maybrat, Papua Barat, ia juga menemukan fakta yang cukup berbeda dengan bingkai pemberitaan yang santer tentang Indonesia Timur. Berbeda dengan asumsi negatif terkait daerah tempatnya mengabdi, ia mengaku justru mendapatkan sambutan hangat dan diperlakukan dengan baik oleh masyarakat sekitar.

Bahkan, akunya, pendidikan di Indonesia Timur cukup jauh berbeda dengan stigma yang selama ini beredar, yang mana lekat dengan ketertinggalan. Ia mengaku, pelajar di Maybrat yang ia temui selama masa pengabdian, justru memiliki kecenderungan untuk lebih mudah memahami dan mengeksplorasi suatu ilmu yang telah diajarkannya, dan bahkan telah memiliki akses untuk fasilitas teknologi.

“Hal-hal kayak gitu yang pada akhirnya aku sadari kalau di sini (Maybrat) itu, yang masalah bukan orang-orangnya. Bukan juga akses ke fasilitasnya. Karena semuanya sudah baik dan sama, bahkan lebih daripada sekolah-sekolah yang ada di sini kalau menurutku, tapi yang salah adalah transformasi kehidupannya dibuat terlalu cepat,” urai Iffah.

Baca juga: Tak Hanya Dosen, Kini Praktisi Juga Didorong Mengajar di Kampus

Dengan kata lain, paparnya, masyarakat yang ia temui di Maybrat, cenderung diberi akses ke teknologi tanpa terlebih dahulu diberi tahu cara memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan mereka.

Kenyataan-kenyataan itulah yang membuat Yayasan Indonesia berencana menghadirkan sejumlah masyarakat dari Timur Indonesia, untuk berbagi kisah akan kehidupan berpendidikan mereka di sana, melalui “Konferensi: Pendidikan di Timur Indonesia” yang akan dilaksanakan pada 24-25 September mendatang.

“Konferensi ini menghadirkan sebanyak 62 pandangan atau insight terkait pendidikan di timur Indonesia. Pandangan-pandangan yang ada tersebut diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia bagian timur,” ujar Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar Hikmat Hardono, dalam kesempatan yang sama.

Pandangan tersebut, pada dasarnya memuat realita akan bagaimana pendidikan diimplementasikan di wilayah timur Indonesia, yang mana Indonesia Mengajar temui selama 12 tahun masa pengabdian. Artinya, pandangan-pandangan tadi pada dasarnya berasal sejumlah akademisi hingga pelaku budaya yang berkait dengan wilayah Indonesia timur.

Baca juga: Perbaharui Kesepakatan Fulbright, Peneliti AS Kelak bisa Mengajar di Indonesia

Nantinya, Kegiatan tersebut akan menjadi wahana interaksi dan diskusi bagi para alumni dan masyarakat untuk membagikan pengalaman mereka selama satu tahun mengabdi di wilayah timur Indonesia, sekaligus membawa peserta untuk memahami realita yang terjadi di timur Indonesia. Mengingat, Indonesia Mengajar percaya bahwa langkah paling ideal untuk dapat memahami Indonesia Timur adalah dengan menginjakkan kaki di wilayah tersebut.

"Selama dua hari (pelaksanaan), berbagai asumsi dan mitos akan terpatahkan. Cerita realita wilayah timur yang selama ini orang lain belum pernah tahu, akan diperdengarkan," kata Hikmat.

Ia pun berharap, pandangan-pandangan yang disampaikan pada konferensi tersebut nantinya dapat menjadi referensi untuk membangun suatu kebijakan untuk kemajuan keberlangsungan pendidikan di wilayah timur Indonesia.

165