Home Ekonomi Jaga Stabilisasi Harga Ayam Hidup di Peternak, NFA Kerahkan Lebih Banyak Perusahaan Unggas

Jaga Stabilisasi Harga Ayam Hidup di Peternak, NFA Kerahkan Lebih Banyak Perusahaan Unggas

Jakarta, Gatra.com - Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) mengerahkan lebih banyak perusahaan unggas nasional dalam menyerap ayam hidup di tingkat peternak. Hal itu, dilakukan sebagai upaya stabilisasi harga ayam hidup di tingkat peternak yang cenderung masih rendah.

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan penyerapan ini bertujuan untuk mengembalikan harga ayam hidup ke harga wajar sesuai dengan Harga Acuan Pembelian/Penjualan (HAP) yang telah disepakati, yaitu di angka Rp21 ribu-Rp23 ribu/kg. Sedangkan harga ayam hidup pada bulan ini sempat menyentuh angka Rp15 ribu/kg.

Adapun data NFA mencatat hingga hari ini, 26 September 2022 ada 5 perusahaan unggas nasional telah menyerap ayam hidup sekitar 15.490 ekor atau sekitar 26 ribu kg dari peternak mandiri mikro dan kecil di sejumlah lokasi.

Ia menuturkan jumlah perusahaan yang terlibat penyerapan ayam hidup bertambah. Ada 10 perusahaan BUMN dan swasta yang sepakat membantu pemerintah dalam stabilisasi harga ayam hidup di tingkat peternak.

“Aksi ini juga sebagai bentuk komitmen perusahaan integrator dalam melakukan penyerapan ayam hidup milik peternak mandiri mikro dan kecil sesuai Nota Kesepahaman Penyerapan Live Bird antara NFA bersama asosiasi serta 10 perusahaan yang terdiri dari BUMN dan swasta,” ujar Arief dalam keterangannya di Jakarta, Senin (26/9).

Arief menjelaskan, proses ini dilakukan secara business to business (B to B) langsung antara peternak/koperasi dengan perusahaan. NFA dalam hal ini bertindak sebagai fasilitator atau penghubung, agar proses penyerapan hasil ternak dilakukan secara efektif di titik yang tepat.

“Dalam hal ini, penyerapan kami fokuskan para peternak mandiri mikro dan kecil yang mengalami kesulitan jual akibat harga jatuh. Untuk data lokasi peternak, kami telah bekerja sama dengan asosiasi Pinsar (Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia) dan Gopan (Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional),” ujarnya.

Adapun Arief mengungkapkan berdasarkan data yang diterima, 5 perusahaan yang telah melakukan aksi penyerapan adalah PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) sebanyak 7.840 ekor atau 12 ribu kg, PT Malindo Feedmill sebanyak 2.560 ekor atau 5 ribu kg, PT Super Unggas Jaya sebanyak 1.428 ekor atau 3 ribu kg, PT New Hope Indonesia sebanyak 1.742 ekor atau 3 ribu kg, dan PT Japfa Comfeed sebanyak 1.920 ekor atau 3 ribu kg.

Arief berujar, jatuhnya harga live bird turut dipengaruhi surplusnya stok ayam hidup nasional saat ini.

“Berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Nasional, sampai dengan akhir September 2022, stok daging ayam ras kita surplus sekitar 602 ribu ton,” ujarnya.

Kendati demikian, Arief menegaskan, seharusnya dalam kondisi apapun, baik surplus maupun defisit, peternak mendapatkan HAP yang wajar dan stabil.

“Karena stabilitas dan kewajaran harga akan mempengaruhi keberlangsungan usaha dan semangat mereka (para peternak unggas mandiri mikro dan kecil) dalam menjalankan usaha peternakan,” ujarnya.

Menurut Arief, aksi penyerapan ini akan terus dilakukan sampai harga ayam hidup di tingkat peternak kembali stabil. Untuk itu, ia meminta agar 10 perusahaan yang telah sepakat melakukan penyerapan terus melakukan aksi tersebut.

“Volume minimum penyerapan rata-rata 1-3 truk per hari untuk tahap awal. Untuk Japfa 18 truk di tahap awal. Selain itu, waktu dan lokasi penyerapan juga telah disepakati bersama sesuai nota kesepahaman,” katanya.

105