Home Gaya Hidup Peti Mati Rotan dari Gatak Tembus Pasar Internasional

Peti Mati Rotan dari Gatak Tembus Pasar Internasional

Sukoharjo, Gatra.com - Pengrajin asal Dusun Gesingan, Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, merubah rotan menjadi peti mati. Bahkan penjualannya sendiri tembus hingga pasar luar negeri.

Pemilik rumah produksi peti rotan, Purwanto, mengatakan, pembuatan rotan menjadi peti mati ini ia lakoni sejak 17 tahun lalu. Dimana semula terdapat permintaan peti yang ramah lingkungan.

“Awalnya usaha furniture, lalu ada permintaan peti mati yang ramah lingkungan, jadi dipilih rotan, pelepah pisang, dan dari enceng gondok,” katanya saat ditemui di lokasi pembuatan peti rotan, Sabtu (24/9/2022).

Penjualan hingga tembus pasar internasional ini, bermula dari permintaan buyer yang meminta dibuatkan peti mati dari rotan. Kemudian ia mencoba membuat contoh dan akhirnya terdapat kesepakatan hingga melakukan kerjasama sampai saat ini.

“Jadi itu permintaan dari buyer, kita tidak bikin produk sendiri. Jadi mereka sudah ngasih desain dan ukurannya,” jelasnya.

Meski asli buatan dalam negeri, namun peti-peti jenazah ini tidak dijual di Indonesia. Namun dikirim ke negara-negara Eropa, sepeti Jerman, Inggris, Belanda, hingga Australia.

Dalam satu bulan, ia mampu mengirim 400 hingga 500 peti mati rotan. Harga peti mati rotan ini bervariatif, yakni mulai Rp1 juta hingga Rp3 juta. Tergantung dari bahan, kerumitan anyaman hingga finishing-nya.

Mengingat dijual di luar negeri, maka ukuran peti mati ini menyesuaikan dengan tinggi rata-rata orang Eropa, yakni berukuran 170 sentimeter sampai 2 meter. Untuk pembuatan satu peti mati rotan mulai dari pemilahan bahan, penganyaman, hingga finishing membutuhkan waktu sekitar dua hari.

Saat pandemi Covid-19 ini, diakui Purwanto, secara langsung memberikan keuntungan bagi usaha dia. Bahkan, pada awal Covid-19 merebak, permintaan peti mati rotan buatanya meroket hingga 30 persen. Bahkan, terbanyak dia pernah mengirim sembilan kontainer berisi peti ke luar negeri.

“Kemarin pas pandemi pengaruh ke pengiriman, jadi nyari kapal yang murah. Lalu cari kontainernya yang susah, jadi pesennya jauh-jauh hari,” bebernya.

Meski permintaan terus berdatangan, namun bukan berarti usaha ini tak ada kendala. Persediaan bahan baku saat ini semakin langka.

“Kesulitan tidak begitu, paling kalau ada bahan baku yang terlambat,” tandasnya.

338