Home Politik Harus Dilawan oleh Pemuda, Politisi Banyak Gimmick dan Bikin Polarisasi Politik

Harus Dilawan oleh Pemuda, Politisi Banyak Gimmick dan Bikin Polarisasi Politik

Yogyakarta, Gatra.com – Kemajemukan bangsa Indonesia berpotensi terus menghadirkan polarisasi yang mengarah perpecahan bangsa. Kehadiran polarisasi oleh elit politik jelang Pemilu 2024 harus dilawan oleh pemuda secara masif dengan menghadirkan narasi kontra demi kesatuan bangsa.

Kesimpulan inilah yang disepakati dari diskusi kebangsaan ‘Polarisasi Politik dan Kemajuan Bangsa’ yang diselenggarakan Persatuan Indonesia Muda (PIM) di Kota Yogyakarta, Sabtu (1/10) siang.

Ketua Umum PIM, Yodhisman Sorata, menyebut dampak polarisasi yang dihasilkan dari dua pemilu sebelumnya sampai sekarang masih dirasakan di masyarakat.

“Pemilu 2024 berpeluang menghadirkan polarisasi serupa yang disebabkan elit politik kita belum berpolitik santun, beradab, dan berbudaya. Lewat diskusi kebangsaan ini kita terus-menerus mengingatkan polarisasi dalam berpolitik membahayakan persatuan bangsa,” kata Odis.

Tidak sekadar itu, polarisasi kemungkinan besar muncul dari perilaku elit politik yang gemar memperlihatkan gimmick tanpa pernah menyentuh substansi masalah yang dihadapi rakyat.

“Saya contohkan, satu pemimpin di Jawa memperlihatkan dia makan mie ayam di pinggir jalan. Apa substansinya bagi rakyat? Apa pentingnya bagi rakyat yang didera berbagai kesulitan?" jelasnya.

Ketua DPD PIM Daerah Istimewa Yogyakarta Nanang Hartanto melihat polarisasi pada dua pemilu sebelumnya disebabkan buruknya sistem demokrasi dan hukum Indonesia yang kacau serta melenceng dari cita-cita reformasi.

“Kondisi ini kemudian didukung perilaku pemuda yang kurang memiliki nasionalisme sehingga enggan melakukan kritik. Kehadiran PIM ke depan akan menjadi wadah untuk mengevaluasi berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemimpin di pusat maupun daerah,” jelasnya.

Berlangsung selama dua jam, diskusi ini menghadirkan analis politik sekaligus Direktur Indo Strategi Research and Consulting Arif Nurul Iman sebagai pembicara utama. Di paparannya, Arif mengatakan ada penyebab munculnya polarisasi.

“Pertama kemunculan narasi dengan framing isu polarisasi bebas berkeliaran di media sosial. Konstelasi politik yang semakin liar memunculkan narasi polarisasi sebagai lahan eskalasi politik mereka,” jelasnya.

Penyebab kedua adalah ketentuan ambang batas pencalonan presiden dan wakilnya sebesar 20 persen perolehan suara yang membatasi jumlah kontestan pilpres berdampak melahirkan polarisasi lewat upaya mendiskreditkan atau fitnah pada pesaingnya.

Menurutnya, berbeda jika kontestan pilpres lebih dari dua pasang, polarisasi tidak akan muncul karena akan ada pembanding dengan calon lainnya. 

“Lalu di mana peran pemuda dalam melawan dan mencegah agar polarisasi ini tidak muncul. Yang utama adalah membangun kesadaran bersama bahwa polarisasi merupakan ancaman besar nyata bagi keberlangsungan bangsa ini,” katanya.

Karenanya, sebagai generasi yang dekat dengan dunia digital, Arif menyarankan pemuda lebih memasifkan lagi narasi, wacana, ide-ide, maupun gerakan politik kontra polarisasi lewat media sosial dalam berbagai bentuk.

“Mereka bisa melahirkan serta menyebarkan ide-ide, wacana, dan gerakan politik kontra polarisasi melalui opini, video pendek, maupun podcast yang memantik kesadaran berbangsa di kalangan pemuda lainnya,” tegasnya.

227