Home Olahraga Kanjuruhan Berdarah, Menkopolhukam: Usulan Perubahan Waktu Pertandingan Tak Didengar, Panitia pun Jual Tiket Melebihi Kapasitas Stadion

Kanjuruhan Berdarah, Menkopolhukam: Usulan Perubahan Waktu Pertandingan Tak Didengar, Panitia pun Jual Tiket Melebihi Kapasitas Stadion

Jakarta, Gatra.com - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD memberikan tanggapan atas kasus kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10) malam. Di mana telah menyebabkan ratusan orang meninggal dunia.

Tragedi terjadi usai pertandingan big match antara Arema vs Persebaya berakhir. Supporter turun ke lapangan yang berujung bentrok dengan aparat dan terjadi penembakan dengan gas air mata oleh pihak kepolisian. Membuat suasana semakin tidak terkendali dan menyebabkan banyak korban berjatuhan.

"Saya sudah dapat informasi dari Kapolri,  saya juga sudah berkoordinasi dengan Kapolda Jatim. Pemerintah menyesalkan tragedi Kanjuruhan. Pemerintah akan menangani tragedi ini dengan baik," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (2/10).

Mahfud menuturkan bahwa sebenarnya, sejak sebelum pertandingan, pihak kepolisian telah mencoba melakukan antisipasi melalui koordinasi dan memberi usulan teknis di lapangan, salah satunya melalui permohonan penggeseran jam pertandingan.

Pertandingan yang seharusnya digelar pukul 20.00 WIB, diminta untuk dimajukan menjadi pukul 15.30 WIB. Namun, permohonan itu akhirnya tidak diloloskan dan pertandingan tetap digelar di malam hari.

Selain itu, Mahfud mengatakan bahwa usulan jumlah penonton juga sudah dilakukan. Tiket yang dijual agar disesuaikan dengan kapasitas stadion, yakni 38.000 orang. Namun, dari informasi yang diterimanya, jumlah tiket yang dijual sejumlah 42.000 tiket.

"Tapi usul-usul itu tidak dilakukan oleh panitia yang tampak sangat bersemangat. Pertandingan tetap dilangsungkan malam, dan tiket yang dicetak jumlahnya 42.000," ucapnya.

Mahfud menilai bahwa pemerintah telah melakukan perbaikan pelaksanaan  pertandingan sepak bola dari ke waktu dan akan terus diperbaiki. Namun, ia juga menyoroti soal olahraga yang menjadi kesukaan masyarakat Indonesia ini, kerap memancing supporter untuk mengekspresikan emosi secara tiba-tiba.

"Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antar supporter. Oleh sebab itu, umumnya korban meninggal karena desak-desakan, saling himpit, dan terinjak-injak, serta sesak nafas. Tak ada korban pemukulan atau penganiayaan antar supporter," jelasnya.

Ia juga menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga korban. Mahfud berharap agar keluarga korban bersabar, serta terus berkoordinasi dengan aparat dan petugas pemerintah di lapangan. Ia juga mengatakan bahwa Pemda Kabupaten Malang akan menanggung biaya rumah sakit bagi para korban.

572