Home Ekonomi Inflasi Kota Bukittinggi Tertinggi se-Indonesia

Inflasi Kota Bukittinggi Tertinggi se-Indonesia

Padang, Gatra.com – Inflasi terus menghantui ekonomi di Indonesia. Jika dilihat mont to mont (mtm), kini menembus 1,17 persen pada September 2022, bahkan tertinggi sejak 2014 lalu.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari 90 jumlah kota se-Indonesia sebanyak 88 kota mengalami inflasi dan dua kota deflasi. Dari puluhan kota itu, juara inflasi dengan angka tertinggi diraih Kota Bukittinggi.

"Inflasi Kota Bukittinggi 1,87 persen, tertinggi se-Indonesia. Kota Padang 1,34 persen urutan ke-20," kata Kepala BPS Sumbar, Herum Fajarwati, dalam jumpa pers di Padang, Senin (3/10).

Baca Juga: Siap-siap! Inflasi Tinggi, Faktor Eksternal dan Perlambatan Bayangi Pemulihan Ekonomi

Selain Kota Bukittinggi, kota di Indonesia yang tinggi laju inflasinya, yakni Kupang di angka 1,82 persen dengan IHK 111,78, Palopo 1,74 persen dengan IHK 113,47, Singkawang 1,66 persen 111,91, Kudus 1,65 persen dengan 112,5.

"Kota inflasi terendah September 2022, yakni Merauke, 0,07 persen dengan IHK 109,49. Lalu dua kota deflasi, Timika dan Manokwari," sebut Herum.

Khusus di Sumbar, sebut Herum, angka inflasi atas gabungan dua kota Indeks Harga Konsumen (IHK), yakni Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Dari IHK kedua kota itu pada September 2022, laju inflasi year to year di Sumbar sebesar 8,49 persen.

Jika dilihat mtm, Sumbar mengalami inflasi sebesar 1,39 persen, atau terjadi kenaikan IHK dari 112,64 pada Agustus 2022 menjadi 114,21 pada September 2022. Lalu, laju inflasi tahun kalender September 2022 terhadap Desember 2021 6,95 persen.

Baca Juga: Pengamat Nilai Pemda Harus Optimalkan DAK dan DAU untuk Kendalikan Inflasi Daerah

Herum menjelaskan, inflasi di Sumbar berdasarkan pengeluaran terjadi karena adanya kenaikan IHK pada 3 kelompok pengeluaran, yakni transportasi (7,61 persen), penyediaan makanan, minuman dan restoran (1,25 persen), dan makanan, minuman, tembakau (0,66 persen).

"Jadi kelompok dominan menyumbang inflasi di Sumbar pengeluaran September 2022, yakni transportasi 1,10 persen, makanan/minuman/tembakau 0,20 persen, dan penyedia makanan/minuman/restoran 0,12 persen," jelasnya.

Lebih lanjut, komoditas yang mengalami harga dan andil dominan memberikan inflasi Sumbar September 2022, di antaranya bensin, beras, angkutan dalam kota, angkutan antarkota, ketupat/lontong sayur, tarif kendaraan, daging ayam ras, dan komoditas lainnya.

"Penyumbang inflasi pada September 2022, bensin 24,35 persen dengan andil 0,91 persen, beras 5,53 persen dengan andil 0,22 persen. Selebihnya di bawah 0,08 persen. Jadi tingginya inflasi karena kenaikan BBM," ujarya.

Baca Juga: Pengamat Sarankan Insentif Pengendalian Inflasi Daerah Harus Dibarengi Sanksi, Kok Gitu?

Sementara itu, sejumlah komoditas juga mengalami penurunan harga dan dominan terhadap deflasi di Sumbar, seperti angkutan udara, cabai merah, bawang merah, jengkol, emas perhiasan, minyal goreng, bioskop, udang basah, tomat, ikan tongkol/ambu-ambu, dan lainnya.

"Program yang dilakukan TPID memang sedikit berefek positif, tapi cuma pada kelompok makanan, seperti kegiatan bazar, kegiatan UMKM. Masalahnya, inflasi ini terjadi karena naiknya harga BBM," tukasnya.

Terkait tingginya inflasi ini, Herum juga mengimbau masyarakat untuk mengurangi konsumsi beras (nasi) sebagai satu-satunya sumber karbohidrat. Tujuannya untuk memperkecil kebutuhan beras dan menekan laju inflasi ke depannya.

294