Home Hukum Merasa Tertipu Lembaga Bahasa Asing, Siswa SMAN 1 Sukoharjo Gelar Aksi

Merasa Tertipu Lembaga Bahasa Asing, Siswa SMAN 1 Sukoharjo Gelar Aksi

Sukoharjo, Gatra.com – Merasa tertipu oleh salah satu lembaga bahasa asing yang mempromosikan program biaya TOEFL, sejumlah siswa SMAN 1 Kartasura, Sukoharjo, melakukan aksi protes di aula sekolah, awal pekan ini.

Kejadian bermula saat salah satu lembaga bahasa menawarkan program tes TOEFL di sekolahnya pada Senin (3/10/2022). Lembaga bahasa itu kemudian memberikan promosi dari harga Rp3,4 juta menjadi hanya Rp150 ribu. Sejumlah siswa kemudian mau membayar secara tunai atau cash maupun transfer.

Salah satu murid XII berinisial TA, mengatakan, siswa di kelasnya yang mendaftar program TOEFL dengan harga promo itu lebih dari 20 orang. Program itu menyasar murid kelas XII dari semua jurusan.

Baca Juga: Penipuan Bermodus Romansa Buktikan Cinta Tak Selamanya Indah

“Hari Senin. 3 Oktober 2022, ada promosi dari lembaga bahasa asing. La itu kan dipromosikan biaya tes TOEFL biaya awalnya kan Rp3,4 juta. Trus ada promosi untuk kelas saya jadi Rp150 ribu. Oleh karena itu kan harganya anjlok banyak, teman-teman saya pada daftar. Di kelas saya ada 22 orang yang mendaftar,” terang TA.

Namun, selang beberapa waktu, mereka mendengar rumor tak baik mengenai lembaga bahasa tersebut. Beberapa pertanyaan muncul, seperti apakah ini resmi atau tidak dan apakah bisa digunakan untuk bekerja atau masuk kuliah? Apakah tes TOEFL wajib atau tidak?

Para murid yang telah membayar kemudian menggelar aksi demo di sekolah, yakni menuntut pengembalian uang. Aksi tersebut kemudian ditengahi dengan diskusi di aula. Murid yang membayar cash langsung dikembalikan uangnya secara penuh.

“Kalau untuk harga setinggi itu menjadi anjlok seperti itu kan juga aneh. Trus TOEFL-nya online, setahu saya TOEFL itu datang ke kantornya mengerjakan, jadi menghindari adanya kecurangan pengerjaan. Biasanya sertifikat TOEFL juga lebih baik kan bentuk fisik bukan bentuk file. Mereka soalnya menyatakan sertifikat diadakan dalam bentuk file, kalau minta fisiknya diminta ke sokolah atau lembaga,” protes TA.

Siswa-siswi yang merasa curiga kemudian melakukan aksi unjuk rasa di sekolah. Aksi itu dilakukan usai pulang sekolah pukul 15.30 WIB hingga diadakan pertemuan antara para murid yang sudah membayar dengan sekolah dan lembaga bahasa tersebut. Pertemuan itu berlangsung pada pukul 16.00 WIB atau 16.30 WIB.

“Tadi kan sempat ada demo, mobil dari lembaga tersebut seperti dicegat untuk keluar dari sekolah oleh siswa-siswi yang merasa dirugikan. Oleh karena itu, setelah pulang sekolah diadakan semacam pertemuan di aula,” terang TA.

Dalam pertemuan itu disepakati bagi siswa-siswi yang telah membayar sejumlah Rp150.000 secara cash akan dikembalikan kepada masing-masing anak.

Tetapi dia tidak mengetahui bagi siswa-siswi yang melakukan transaksi secara transfer akan seperti apa. Namun dia mengaku telah mendapat uangnya kembali.

Menurutnya, itu terjadi karena ada miskomunikasi antara sekolah dengan lembaga. Dikatakannya, sekolah tidak tahu apabila lembaga tersebut memungut uang di sekolah. Sekolah hanya berpikir mungkin seperti lembaga lain yang hanya mempromosikan program.

Baca Juga: WNA Terduga Terlibat Penipuan Bansos Covid-19 di Jepang Dideportasi

“Kalau menurut saya, sebaiknya lembaga yang akan promosi di sekolah ada koordinasi dengan sekolah, dengan BK, Kepala Sekolah, dan juga ada kejelasan apa saja yang akan disampaikan ke siswa,” ungkapnya.

Sementara itu, hingga saat ini pihak sekolah masih enggan memberikan jawaban. Bahkan saat dikonfirmasi di lokasi, Satpam pihak sekolah menyangkal kejadian itu. Mereka mengatakan tidak terjadi apa-apa.

“Tidak. Tidak ada apa-apa,” tegas salah satu Satpam sekolah saat ditemui di gerbang sekolah, Senin malam.

Terpisah, Kapolsek Kartasura, AKP Mulyanta saat dihubungi mengatakan, belum ada laporan mengenai kejadian itu kepada Polsek Kartasura.

3097

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR