Home Ekonomi Miris! Kualitas Tenaga Kerja Indonesia Rendah, Didominasi Hanya Lulusan SD

Miris! Kualitas Tenaga Kerja Indonesia Rendah, Didominasi Hanya Lulusan SD

Jakarta, Gatra.com - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi B.Sukamdani, menyoroti masalah tenaga kerja di Indonesia yang masih didominasi oleh pekerja berkeahlian rendah atau low skill. Mengutip data Bappenas, dari total pekerja sebanyak 121,02 juta sekitar 99,41% pekerja di sektor pertanian adalah berkeahlian rendah, 0,47% berkeahlian menengah, dan hanya 0,13% berkeahlian tinggi.

Hariyadi juga menyebut, Kondisi tersebut tak jauh berbeda di sektor manufaktur dimana sebanyak 90,45% berkeahlian rendah, 6,52% berkeahlian menengah, dan 3,03% berkeahlian tinggi. Lalu, untuk sektor jasa dan lainnya cenderung membutuhkan keahlian menengah dan tinggi dengan potret sebanyak 14,36% berkeahlian tinggi, 52,74% berkeahlian menengah, dan 32,90% berkeahlian rendah.

Baca JugaEkosistem Ojol Bisa Terdampak Jika Biaya Sewa Aplikasi Dipangkas 

“Dalam empat tahun terakhir, proporsi pekerja formal berkisar pada 42% atau sekitar 53,09 juta di tahun 2018. Pekerja formal sektor industri cenderung berkeahlian rendah. Rendahnya kualitas pekerja ini salah satunya disebabkan keterbatasan angkatan kerja memperoleh pelatihan,” jelas Hariyadi dalam siaran pers, Rabu (5/10).

Bahkan, dalam medio tahun 2018 hingga 2021, tenaga kerja Indonesia masih didominasi oleh pekerja dengan tingkt pendidikan Sekolah Dasar (SD) Kebawah. Sehingga, dalam pandangan Hariyadi, upaya peningkatan keterampilan menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Baca Juga: Program Kartu Prakerja Berlanjut, 2023 Bantuan Naik Menjadi Rp4,2 Juta per Orang

"Salah satunya dengan membangun lingkungan pengembangan keterampilan yang baik. Beberapa diantaranya seperti pengembangan SKKNI sektor prioritas, pemagangan, pelatihan kejuruan, dan revitalisasi BLK. Selain itu, skema kebijakan ketenagakerjaan komprehensif untuk pengembangan keterampilan. Tak kalah penting adalah kerja sama industri dengan sekolah kejuruan dan perguruan tinggi," tegasnya.

Terakhir, Ia juga menyampaikan bahwa kebutuhan dunia usaha dengan kampus sangatlah erat. Oleh karenanya, upaya-upaya mendekatkan dunia usaha dan industri dengan dunia pendidikan, termasuk pendidikan tinggi telah dilakukan.

"Itu menjadi tantangan kita bersama. Memikirkan kembali bisnis model seperti apa yang dijalankan," paparnya.

10707