Home Politik Puan Ingatkan Agar TNI Tidak Berpolitik, SKI Sebut Seluruh Aparat Negara Tidak Boleh!

Puan Ingatkan Agar TNI Tidak Berpolitik, SKI Sebut Seluruh Aparat Negara Tidak Boleh!

Jakarta, Gatra.com - Ketua DPR RI Puan Maharani mengingatkan agar TNI tidak terseret politik praktis. Peringatan tersebut disampaikan dalam rangka peringatan HUT TNI beberapa waktu lalu. Putri Megawati Soekarnoputri itu juga meminta agar pimpinan TNI kompak dalam menghadapi dinamika politik nasional yang mulai memanas.

”TNI jangan terpengaruh apalagi terseret politik praktis. TNI harus netral dalam politik karena politik TNI adalah politik negara sesuai tugas pokok dan fungsinya,” kata Puan dalam keterangannya beberapa waktu lalu.

SKI (Sekretariat Kolaborasi Indonesia) sebagai organisasi masyarakat pembela Anies Baswedan menanggapi bahwa peringatan Puan tersebut penting untuk dicamkan. Bukan saja bagi segenap prajurit TNI tetapi juga bagi aparat institusi negara lainnya seperti Polri dan BIN.

”Himbauan menyangkut netralitas aparat negara perlu diperluas, bukan hanya kepada TNI tetapi juga kepada teman-teman kita dari kepolisian maupun institusi intelijen,” ujar Juru bicara Program Saksi Demokrasi SKI, Solihin Nurodin, dalam keterangannya pada Sabtu (8/10/2022).

Solihin menyatakan, SKI mengembangkan program Saksi Demokrasi untuk mengawasi proses pelaksanaan Pemilu sejak sebelum masa kampanye dan pencoblosan. Salah satu isu krusial untuk menjaga agar supaya proses Pemilu berlangsung bersih, jujur dan adil adalah jaminan mengenai ketidakberpihakan aparat negara.

”Banyak sekali rumor di Pemilu-Pemilu sebelumnya mengenai adanya tangan-tangan tak terlihat yang ikut bermain. Aparat negara seharusnya menjadi negarawan yang tak tergoda politik, apalagi masuk dalam kegiatan dukung-mendukung partai atau kandidat,” lanjutnya.

Di sisi lain, kata Solihin, SKI juga memahami bahwa keinginan untuk melaksanakan Pemilu yang bersih, jujur dan adil musti ditunjukkan sebagai komitmen politik yang nyata dari para politisi sipil. Himbauan agar aparat negara menjaga netralitas, seharusnya diikuti dengan upaya partai-partai untuk tidak melibatkan mereka dalam rangkaian kegiatan politik.

”Banyak riset mengenai politisasi institusi negara yang mengungkap fenomena pengkhianatan demokrasi. Partai politik seharusnya menghindari cara-cara yang bukan saja tidak fair dengan menggunakan instrumen negara, tetapi juga membahayakan masa depan demokrasi kita,” ujar dia.

Dalam pandangan SKI, para politisi sipil seharusnya percaya diri bahwa demokrasi merupakan arena kontestasi yang harus diperkuat agar adil bagi semua pihak. Demokrasi Indonesia dinilai akan sukses menjadi alat perjuangan kesejahteraan warga jika pelaksanaan Pemilu dipagari oleh netralitas aparat negara.

”Pemilu 2024 akan menjadi pertaruhan demokrasi Indonesia. Publik memiliki kewajiban untuk memastikan agar kehidupan politik negeri ini semakin demokratis,” pungkas Solihin.

83