Home Regional Kisah Pilu Ibu Anak Menunggu Keajaiban dalam Kemiskinan

Kisah Pilu Ibu Anak Menunggu Keajaiban dalam Kemiskinan

Purworejo, Gatra.com - Sebuah kursi roda lusuh teronggok di depan rumah sederhana di Desa Pucang Agung, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pada pegangan tangan kursi sebelah kiri, ditambahkan kotak kayu untuk.meletakkan sisir yang telah usang dan kotor.

Hanya kursi roda itulah 'kemewahan' yang dimiliki perempuan renta bernama Janah (64). Akibat sakit stroke yang dideritanya sejak setahun lalu, ia kini hanya bisa tergolek di dipan kecil tanpa kasur di ruang tamu rumahnya. Tubuhnya hanya tinggal tulang terbungkus kulit, sekali-kali, ia dibopong oleh anak ketiganya, Raswan (40) untuk duduk dan berjemur di kursi roda.

Tak hanya merawat ibunya, Raswan pun harus merawat kakak dan adiknya yang juga sakit. Sang kakak, Siti Maesaroh juga mengalami kelumpuhan dan hanya bisa terbaring di kamar yang sekaligus dipergunakan sebagai tempat menyimpan berbagai barang. Sedangkan adik laki-lakinya bernama Riswanto juga mengalami gangguan jiwa.

"Kalau yang kakak saya Siti, awalnya (lumpuh) sejak Bulan November 2012. Kalau ibu saya sejak akhir tahun 2021, sakit stroke. Awalnya darah tinggi, lalu stroke. Kalau sebelumnya ya Ibu masih bisa bekerja, sekarang hanya bisa berbaring, duduk saja tidak bisa," kata Raswan.

Setiap hari, selain bekerja serabutan untuk biaya makan, pria lulusan SD ini juga harus memasak, bersih-bersih rumah, memandikan serta mengurusi ketiga anggota keluarganya yang sakit. Beban hidupnya itu tak membuat Raswan mengeluh apalagi 'menjual' kepiluannya untuk meminta-minta bantuan. Beruntung, perangkat Desa Pucang Agung tanggap akan keadaan warganya dan memasukkannya dalam daftar warga yang menerima bantuan BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai) yang bentuknya pun tak seberapa. Rismawan juga menerima untuk tak menikah karena kondisi keluarganya. Tiga kali ia gagal menikah karena calon istrinya tak mampu menerima keadaan keluarga pria lulusan SD itu.

Baca juga: Pacu Kedatangan Wisatawan Asing, Garuda Indonesia Buka Rute Jakarta-Melboune

"Kondisi saya saja begini, tidak sempat mikir perempuan. Kalau ditanya repot atau enggak ya.. pasti saya bilang repot banget. Sehari-hari saya kerja buruh serabutan yang penting bisa dapat uang untuk keluarga. Saya tidak mau menggantungkan atau minta-minta bantuan, saya ini siapa ok berani-beraninya minta bantuan," kata Raswan.

Saat Bupati Agus Bastian mengunjungi keluarga ini dan bertanya apa yang dibutuhkan, terlihat Raswan sangat grogi. Ia hanya meminta pampers untuk ibunya pada Bupati Agus Bastian. "Saya akan belikan kasur, upaya ibu dan Mbak njenengan bisa tidur lebih nyaman," janji Bastian.

Tak hanya itu, keluarga Bu Janah pun mendapat pemeriksaan dari dr M Bima Arrynugraha yang terkenal sering memberi pengobatan gratis bagi warga tak mampu. Dokter Bima pun sempat memberikan terapi tusuk jarum bagi Bu Janah.

"Kegiatan kunjungan ini dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia yang jatuh tiap 10 Oktober. Saya dapat informasi bahwa keluarga Bu Janah ini ada yang memiliki gangguan kejiwaan, makanya saya kunjungi," kata dr Bima.

Baca juga: Terbang ke Pacitan, Jokowi Resmikan Bendungan Tukul

Ia juga memiliki progran Jumat Berkah, bukan dalam bentuk membagi-bagikan makanan, tapi berujud pengobatan gratis bagi warga miskin secara door to door.

Sementara itu, Kaur Perencanaan Desa Pucang Agung, Poniran menjelaskan bahwa, anak Bu Janah yang mengalami gangguan jiwa sudah pernah mondok di RSJ Magelang. "Dulu sebelum mondok di RSJ Magelang, Riswanto sering ngamuk, bahaya. Tapi setelah pulang dari Magelang, sudah tidak ngamuk lagi meskipun belum bisa pulih," tutur Poniran.

Menyedihkannya, meskipun keluarga itu memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS), tapi untuk berobat secara rutin ke rumah sakit tidak memungkinkan. Pasalnya, Bu Janah tak memiliki kendaraan untuk membawanya dan kedua anaknya berobat.

Baca juga: Korea Utara Tebakkan Dua Rudal Balistik

 

Kini Rismawan, Bu Janah dan dua anaknya yang sakit hanya bisa pasrah menghadapi nasib. Mereka hanya menunggu keajaiban dan pertolongan dari para dermawan untuk menikmati fasilitas kesehatan.

491