Home Kesehatan Deklarasi Relio-Mental Health Akan Digelar 29 Oktober 2022, Upaya Pecahkan Rekor Dunia

Deklarasi Relio-Mental Health Akan Digelar 29 Oktober 2022, Upaya Pecahkan Rekor Dunia

Jakarta, Gatra.com -  Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia 2022, Emotional Health For All (EHFA) bekerjasama dengan Yayasan Kesehatan Umum Kristen (YAKKUM) dan Black Dog Institute mengumumkan akan melaksanakan ‘Deklarasi Relio-Mental Health Indonesia’ pada 29 Oktober nanti.

Acara ini merupakan acara deklarasi kesehatan mental lintas agama, guna mengatasi tantangan kesehatan mental yang terjadi di Indonesia. Project Leader & Founder, EHFA dan President Indonesian Association for Suicide Prevention, Sandersan Onie, mengatakan bahwa pada acara pembacaan deklarasi nanti, akan ada edukasi, talkshow, bazaar, serta screening kesehatan.

"Kami sangat excited menuju 29 Oktober. Nanti di The Kasablanka Hall, kami akan mengadakan acara puncaknya, tanda tangan dan pembacaan deklarasi. Sebagai bagian dari acara, akan ada screening psikolog gratis, bazaar. Kita juga mencoba memecahkan rekor dunia untuk acara mental health terbesar," jelasnya dalam acara yang digelar secara daring, Senin (10/10).

Sebelumnya, EHFA mengambil pendekatan mengenai edukasi kesehatan mental melalui deklarasi pertemuan antar umat agama yang diusung pada Juni lalu di Lombok. Deklarasi ini disebut juga sebagai “Lombok Declaration” atau Deklarasi Lombok. Ini bertujuan untuk menegaskan bahwa setiap orang di Indonesia dapat mencari bantuan kesehatan mental tanpa harus didiskriminasi atau distigmatisasi. 

Melalui deklarasi ini, perwakilan tokoh agama KH Miftahul Huda (Majelis Ulama Indonesia), Rm. Y. Aristanto (Komisi Waligereja Indonesia), Sarmidi Husna (Pengurus Besar Nadhlatul Ulama), I Nyoman Suarthanu (Parisada Hindu Darma), I Wayan Sianto (Perwakilan Walubi Indonesia), Musdah Mulia (International Center for Religions and Peace), Jackelyn Manuputty (Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia) dan Ary Mardi Wibowo (Jakarta Praise Church Community) mempersatukan pandangannya terhadap kesehatan mental.

Ketua Pengurus Parisada Hindu Dharma Indonesia Bagian Kesehatan, Suarthanu mengatakan, adanya deklarasi merupakan bagian penting dalam hidup beragama.

“Sekaranglah waktunya, ketika agama diberikan bagian penting dalam kesehatan jiwa, tokoh agama harus mempelopori pengurangan stigma terhadap orang dengan masalah kesehatan jiwa,” katanya dalam rilis yang diterima, Senin (10/10).

Sementara, Aristanto selaku Komisi Waligereja Indonesia juga menambahkan bahwa dengan adanya Deklarasi Relio-Mental Health, ini akan memudahkan umat Katolik untuk mengubah perspektif mereka terhadap kesehatan mental ke arah yang lebih baik.

“Ada perubahan paradigma saat orang dengan masalah kesehatan jiwa dan bunuh diri dianggap dosa. Saat ini, Gereja Katolik telah mengubah perspektif tersebut dengan belas kasih dan penderitaan yang menyelamatkan. Bagaimana orang dengan masalah kesehatan jiwa dibantu untuk memiliki pengharapan,” ujarnya.

Selain perwakilan agama, ada juga pembicara lain termasuk perwakilan dari WHO Indonesia, Greysia Polii (Peraih Emas Olimpiade Tokyo), Gea Denanda, dan beberapa perwakilan lainnya. Pada acara bertajuk "Indonesia Mental Health Movement" di 29 Oktober nanti, setiap orang bisa berpartisipasi dalam pembacaan deklarasi baik secara daring maupun luring.

494