Home Info Sawit Jelang Awal Bulan di Nusadua

Jelang Awal Bulan di Nusadua

Jakarta, Gatra.com - Ini kali pertama Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) bakal digelar secara langsung setelah dua tahun pandemi covid-19 merajalela.

Dan kali ini pula barangkali sawit akan dibahas lebih komprehensif ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Soalnya, selain sederet dinamika industri minyak sawit di dalam negeri, perang Rusia-Ukraina yang berdampak pada pergerakan minyak nabati dunia, juga menjadi cerita menarik yang patut dikupas.

Oleh sederet dinamika tadilah makanya acara tahunan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yang bakal digelar 2-4 November 2022 di Bali International Convention Center, Westin Resort, Nusadua Bali itu, mengusung tajuk; "New Landsacpe in World Vegetable Oil: Opportunities and Challenges for Palm Oil Industries".

Situasi geopolitik dan ekonomi global terkini bakal dikupas tuntas di sana, termasuk perkembangan industri sawit Indonesia dan global terkini serta analisis tren harga minyak sawit ke depan.

Yang pasti, insight peluang pasar minyak sawit dunia di beberapa negara tujuan utama ekspor, supply and demand minyak nabati dunia, tren pasar global, dan proyeksi harga minyak sawit untuk tahun berikutnya akan dibahas di dalam IPOC 2022 nanti.

Dalam gelaran konfrensi pers virtual tadi siang, Ketua Panitia IPOC, Mona Surya menyebut kalau saban tahun, animo masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri, terus meningkat untuk ikut pada gelaran IPOC.

Tengok sajalah tahun lalu. Walau digelar secara virtual, peserta yang hadir memenuhi ruang zoom mencapai 750 orang. Mereka berasal dari 16 negara.

"Menengok animo yang tinggi itulah makanya kami optimis, di gelaran tahun ini, peserta yang bakal hadir mencapai 1000 orang," katanya.

Mona tak sendirian dalam ruang virtual itu. Dia ditemani Ketua Umum GAPKI, Joko Supriyono, Sekretaris Jenderal, Eddy Martono, serta Ketua Bidang Komunikasi GAPKI, Tofan Mahdi.

Rencananya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, bakal menjadi keynote speaker dan membuka acara itu.

"Secara khusus, kami juga akan menghadirkan Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan dan Menteri BUMN untuk memberikan special address terkait kebijakan dan strategi pemerintah dalam menghadapi dinamika ekonomi dunia," terang Mona.

IPOC kata Mona menjadi wadah para pelaku bisnis dan pemangku kepentingan (stakeholders), pemilik, CEO dan eksekutif, dan para pengambil kebijakan --- baik tingkat nasional maupun internasional --- untuk bersama-sama membahas isu-isu strategis seputar industri kelapa sawit dari hulu sampai ke hilir.

Selain itu, IPOC juga menjadi media bagi para pelaku usaha untuk memperluas jaringan usahanya baik melalui program sponsorship maupun jaringan komunikasi virtual yang disediakan panitia.

"Nah, sudah menjadi tradisi dalam setiap gelaran IPOC, kita menghadirkan pembicara-pembicara ahli minyak nabati senior dunia untuk menguak tren harga. Katakanlah Dorab Mistry (Godrej International Ltd), James Fry (LMC International) dan Thomas Mielke (Oilworld)," katanya.

Minyak Sawit Indonesia di mata dunia

Saat ini, minyak sawit sudah menjadi salah satu minyak nabati paling penting lantaran minyak sawit sudah menjadi pemasok lebih dari 30 persen pasokan minyak nabati dunia. Permintaan minyak sawit untuk pangan dunia dan untuk biofuel, saban tahun terus meningkat.

Sebagai penghasil kelapa sawit terbesar dunia, Indonesia memainkan peranan sangat signifikan. Itulah makanya pasar global selalu mengamati pasar minyak sawit Indonesia.

Data Oil World tahun lalu menyebut bahwa Indonesia telah mensuplai lebih dari 29,7 juta ton minyak sawit ke pasar global. Ini setara dengan 55% dari total permintaan minyak sawit global yang mencapai 53,5 juta ton.

Perang Rusia dan Ukraina membikin pasokan minyak nabati dan minyak dunia terganggu. Soalnya kedua negara itu merupakan penghasil minyak bunga matahari terbesar dunia. Mensuplai lebih dari 60 persen pasokan minyak bunga matahari di pasar global.

Terganggunya pasokan minyak bunga matahari di pasar global, menjadikan peluang minyak sawit semakin terbuka lebar.

Pasokan minyak bumi dari Rusia yang berkurang telah pula membuka peluang besar bagi biodiesel minyak sawit untuk mengisi kekurangan yang terjadi di pasar global.

Sayang, semua peluang ini sempat terganjal oleh kebijakan stop ekspor sementara yang dilakukan pemerintah.

"Kita bisa lihat kebijakan larangan ekspor sementara telah memberikan dampak efek domino yang begitu luas di industri sawit Indonesia. Untuk itu sangat penting ada pemahaman akan kebijakan-kebijakan baru untuk membantu menentukan strategi bisnis perusahaan ke depan," ujar Mona.


Abdul Aziz

 

 

 

 

 

 

 

 

 

179