Jakarta, Gatra.com – Tim Gabungan Independen Pencari Fakta melalui keterangan pers menyatakan bukti baru terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan yang memakan 132 korban. Ia mengatakan bahwa dari 32 CCTV milik aparat yang berhasil direkonstruksi bahwa kejadian tersebut jauh lebih mengerikan dari apa yang ditayangkan di TV maupun media sosial.
“Jadi lebih lebih mengerikan daripada semprot mati, semprot mati ada yang saling gandengan keluar bersama, yang keluar balik lagi nolong temannya, ada yang beri bantuan pernafasan, satunya tidak bernafas dan kena semprot juga” kata Menteri Koordinator Politik, Huku, dan Keamanan Mahfud MD nya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jum’at (14/10).
Baca juga: Menuju 2024, Golkar Ngotot Calonkan Airlangga, Pengamat Nilai Kader Harus Solid
Selanjutnya, Mahfud MD menyatakan bahwa korban yang meninggal maupun yang cacat dipastikan karena desak-desakan setelah adanya gas air mata disemprotkan. Untuk racun dan penyebab keberbahayaan pada gas air mata tersebut masih dalam tahap pemeriksaan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional).
“Apapun hasil tidak bisa menoreh kesimpulan bahwa kematian massal terutama disebabkan gas airmata,” tambahnya.
Baca juga: SPKS Nilai Peraturan Uni Eropa tentang Produk Deforestasi akan Untungkan Petani
Lebih lanjut Tim Gabungan Independen Pencari Fakta juga menyatakan semua stakeholder yang terkait menghindar dari tanggung jawab dan semuanya berlindung dibawah aturan dan kotrak yang secara formal sah.
“Kami sudah menyampaikan kepada presiden semua yang kami temukan dan yang rekomendasi untuk semua stakeholders baik dari pemerintah sudah kami tulis rekomendasinya didalam 124 halaman laporan,” tegasnya.
Baca juga: Program Kompor Listrik Batal, PKS: PLN Harus Kreatif Atasi Surplus Listrik
Menutup prescon hari ini, Mahfud juga mengatakan kepada pengurus PSSI untuk bertanggung jawab atas tragedi bersama dengan sub-sub organisasinya.
“Catatan kami disampaikan bahwa pengurus PSSI harus bertanggung jawab” pungkasnya.