Home Nasional Beda Pendapat Direksi dengan Emirsyah Satar Soal Pesawat Pilihan Garuda

Beda Pendapat Direksi dengan Emirsyah Satar Soal Pesawat Pilihan Garuda

Jakarta, Gatra.com- Executive Vice President Business Supporting and Corporate Affairs Garuda Indonesia Achirina Sucitro, Mantan VP Internal Audit Garuda Indonesia Sri Mulyati dan Mantan Direktur Operasi Garuda Indonesia Ari Sapari mengungkapkan perbedaan pendapat mereka dengan Mantan Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengenai pengadaan pesawat Bombardier CRJ 1000.

“Secara dunia, CRJ1000 di pasar terbatas, tidak ada. Jadi, ini merupakan yang pertama yang menggunakan di Indonesia,” kata Rina saat ditanyakan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (17/10).

Rina menyampaikan bahwa jenis Embraer E190 lebih banyak digunakan di pasar berdasarkan laporan dari tim pengadaan pesawat. “Dari laporan tim tahu bahwa embraer memang populisasinya banyak,” kata Sri saat ditanyakan hal serupa oleh JPU.

Ari mengungkapkan bahwa ada maskapai di dunia yang menggunakan jenis pesawat Embraer E190 daripada Bombardier CRJ1000 sendiri.

Rina mengatakan bahwa Garuda Indonesia memang maskapai full-service. Akibat pengadaan CRJ1000, layanannya menjadi downgrade, sehinga banyak penumpang yang tidak tertarik menggunakan pesawat tersebut sehingga berdampak pada turunnya pendapatan perusahaan.

“Belum optimal sesuai dengan beberapa airport yang memenuhi syarat untuk bisa didarati,” tambah Sri.

Sementara dalam pengadaan pesawat turboprop, Rina tidak ikut dalam proses pengadaannya karena diberhentikan pada 26 April 2012 dengan Agus Prianto.

“Pada saat itu, Garuda bertumbuh sehingga penambahan pesawat Boeing dan Airbus, terdapat penambahan pesawat. Disamping itu, tidak ada kaderisasi di dalam pilot,” jelasnya.

Pada saat itu, Rina sebagai direktur SDM juga sibuk melakukan kaderisasi pilot Boeing dan Airbus.

Rina menyayangkan mengapa Garuda Indonesia tidak fokus ekspansi yang dilakukan dengan dua jenis pesawat tersebut yang SDM-nya sudah ada ketimbang Bombardier yang harus dicari lagi SDM-nya demi melancarkan operasional.

Ari menyampaikan bahwa populasi jenis pesawat yang akan dipiilih masih belum dapat dipastikan, lantaran belum ada maskapai lain yang menggunakan pesawat tersebut sebagai pesawat komersil.

“Kesulitan kami apabila operasikan pesawat jenis baru tanpa ada referensi dari maskapai yang pernah menggunakan, itu akan mengalami kesulitan dalam pelatihan SDM, terutama penerbang atau pilot untuk terbangkan,” tutup Ari.

73