Home Lingkungan Penerapan EBT Diharapkan Mudah dan Menyasar Langsung Masyarakat

Penerapan EBT Diharapkan Mudah dan Menyasar Langsung Masyarakat

Jakarta, Gatra.com - Anggota Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Tri Mumpuni Iskandar, mendorong perwujudan teknologi energi baru terbarukan (EBT) yang bisa diterapkan secara langsung dan mudah oleh setiap masyarakat. Ia juga mengatakan bahwa perkembangan EBT bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

"Contoh sederhana misalnya kalau kita mau membangun mikrohidro yang tidak hanya untuk listrik, tapi livelyhood. Kalau desa ada listrik, di situ ekonomi bisa terbangun. Electricity is background ekonomi," terangnya dalam diskusi bertajuk Kesiapan Energi Terbarukan dan Nuklir dalam Mendukung Pencapaian Net-Zero Emission yang digelar BRIN, Senin (24/10).

Ia mengatakan bahwa pembangunan pembangkit listrik tidak harus dalam skala besar, namun yang penting bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Menurutnya, perhatian dengan hal kecil harus diperlukan. Ia menjelaskan bahwa pembangunan skala besar tetap dilakukan, namun harus ditandem dengan hal-hal kecil yang bisa membawa manfaat.

Baca JugaBRIN: Transisi Energi Dilakukan untuk Tahan Kenaikan Suhu Global

"Periset jangan sampai terbawa oleh hal-hal yang langkahnya terlalu panjang. Jangan melupakan hal kecil yang secara langsung bisa membawa manfaat. Kecil kalau dikumpulkan secara agregat juga jadi besar," paparnya.

Dalam perkembangan teknologi EBT, potensi air dilihat memiliki sekitar 75.000 megawatt namun semuanya belum selesai dibangun. Ia menyebutkan bahwa keseriusan dibutuhkan untuk membangun daerah setempat yang memiliki sumber energi sesuai karakter daerahnya.

Selain air, angin juga bisa dimanfaatkan sebagai EBT. Tanpa perlu dibandingkan dengan negara lain, ia menyebutkam bahwa pemasangan skala kecil bisa dilakukan. Tri juga menyoroti bahwa Indonesia kurang memperhatikan algae sebagai sumber energi. Padahal, menurutnya itu bisa jadi potensi energi yang maksimal.

Dengan segala hal yang ia lihat, Tri menyebutkan bahwa target bauran energi terbarukan Indonesia masih di bawah target. Selain kurang mengoptimalkan pembangunan dalam skala lebih kecil, ia menilai bahwa pembangunan yang dilakukan dimotivasi oleh tren internasional yang tidak didasarkan pada visi negara sendiri.

Baca jugaMahasiswa UI Hadirkan Solusi Praktis untuk Persoalan Energi Terbarukan di Indonesia

"Saya melihat bahwa kita ini dalam membangun jarang sekali dimotivasi oleh keinginan negara kita sendiri. Sebagai sebuah bagsa harusnya kita punya road map kita sendiri, termasuk dalam pembangunan EBT. Tanpa transformasi paradigma pembangunan lebih jelas, saya ragu bagaimana pada 2060 bisa menyelesaikan transisi energi menjadi Net Zero Emission (NZE)," katanya.

Lebih lanjut, Tri menjabarkan bahwa upaya pembangunan EBT sebenarnya telah dilakukan sejak lama. Namun, upaya yang dilakukan belum berhasil mencapai target. Deklarasi dan pertemuan antar-negara kerap dilakukan untuk mendiskusikannya, namun tidak merealisasikannya. Untuk itu, ia mendorong upaya segera bisa dilakukan oleh peneliti, bukan hanya menunggu perencanaan skala besar melainkan bisa dimulai dari hal-hal kecil yang berdampak langsung pada masyarakat.

 

 

 

225