Home Ekonomi Ekonom: Bank Asing Seperti Buang Sampah ke Indonesia

Ekonom: Bank Asing Seperti Buang Sampah ke Indonesia

Jakarta, Gatra.com - Direktur Center for Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengungkap beberapa alasan mengapa sektor perbankan masih rajin mendanai proyek energi kotor seperti batu bara. Salah satu yang menjadi pertimbangan utama bagi bank adalah rate of return atau laju pengembalian dana pinjaman masih tinggi di proyek batu bara maupun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.

"Imbal hasilnya masih tinggi dibandingkan rata-rata pasar," ujar Bhima dalam diskusi publik di Jakarta, Rabu (26/10).

Sebagian besar negara di Asia, kata Bhima, juga masih banyak yang mem -back up proyek batu bara dengan menggunakan APBN. Persepsi itu, menurutnya yang harus diubah. Indonesia sendiri tetap menyalurkan APBN untuk membantu keuangan PLN saat pandemi Covid-19 berlangsung. Bhima menyebut dana untuk PLN pun tidak bisa dibilang kecil diambil dari APBN.

"Persepsi ini perlu kita luruskan, dianggapnya PLN tidak pernah bangkrut karena selalu ada APBN di belakang," jelasnya.

Ia mengambil contoh, saat harga batu bara di pasar global fluktuatif, negara kemudian turun tangan dengan menyetop ekspor pada awal tahun ini. Menurutnya, langkah yang diambil pemerintah bukan didasarkan pada krisis energi, melainkan negara mengkhawatirkan krisis likuiditas PLN.

Alasan lain mengapa pendanaan proyek batu bara masih masif lantaran banyak bank-bank nasional maupun internasional yang berkilah saat dituding mengalirkan dana pinjaman untuk proyek energi kotor itu.

Misalnya saja, bank-bank di Amerika Serikat, di dalam negerinya sendiri pendanaan dijunjung untuk proyek energi bersih dan ramah lingkungan, sementara pendanaan di luar negaranya seperti di Indonesia, dana dialirkan untuk membantu proyek pembangkit listrik berbahan fosil.

"Jadi seperti mereka buang sampah aja ke Indonesia," ucapnya.

Karena itu, menurut Bhima sosialisasi dan edukasi kepada nasabah bank perlu dilakukan secara masif, agar bank-bank bisa lebih diarahkan dalam hal penyaluran dana pinjaman kepada proyek-proyek yang ramah lingkungan.

"Nah ini mungkin kita ingatkan lagi soal komitmen tadi, bahwa jangan sampai di deposan komitmennya mendukung transisi energi, tapi di negara berkembang mendanai energi kotor. Ini kritiknya juga kepada bank di level internasional," pungkasnya.

Sebagai informasi, penguatan modal PLN dilakukan melalui penerbitan obligasi dari investor domestik maupun asing. Adapun dalam daftar investor, dukungan finansial PLN salah satunya berasal dari perbankan internasional yang berbasis di Amerika Serikat, yakni JP Morgan.

JP Morgan diketahui telah melakukan investasi dana kepada proyek pembangunan PLN pada agenda penerbitan obligasi di 17 Oktober 2012 hingga 22 Juni 2020. Selain itu, sekuritas dunia yang turut terlibat dalam investasi obligasi di PLN di antaranya adalah Amundi(basis Eropa), Vanguard (basis Amerika), Standard and Poor's Financial Services LLC-SPDR (tersebar di US, Eropa, Asia-Pasifik ya dikelola oleh State Street Global Advisors)

116