Home Hukum Kasus Sabu Irjen Teddy, Reza Indragiri: Bisa Saja Terjadi Praktik Predatory antar Polisi

Kasus Sabu Irjen Teddy, Reza Indragiri: Bisa Saja Terjadi Praktik Predatory antar Polisi

Jakarta, Gatra.com - Ahli psikologi forensik yang juga dosen Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Reza Indragiri Amriel, turut menanggapi kabar terkait adanya perang bintang di tubuh Polri dalam kasus peredaran sabu 5 kilogram oleh Irjen Teddy Minahasa Putra.

Reza menjelaskan bahwa dalam organisasi kepolisian terdapat berbagai klik atau subgrup atau bahkan submabes. Ia menyebut apabila kelompok-kelompok itu bersaing secara konstruktif, maka akan turut membawa dampak positif bagi masyarakat.

“Tapi kalau antar mereka membangun rivalitas dengan cara destruktif atau toxic, ini berbahaya. Seolah yang mereka lakukan adalah kebaikan penegakan hukum. Namun yang terjadi sesungguhnya adalah praktik pemangsaan atau predatory,” jelasnya kepada Wartawan Gatra, Muhammad Mutaqin.

Praktik persaingan seperti itu, Reza melanjutkan, sejatinya merusak kohesivitas organisasi. “Kalau organisasi kepolisian sudah tidak kohesif, maka puncaknya adalah masyarakat yang merasakan mudharatnya.” ujarnya.

Namun, dari kasus ditangkapnya Irjen Teddy Minahasa, Reza berupaya melihatnya dari dua sisi. Kemungkinan pertama, yang tipikal adalah jual beli barbuk sebagai cara instrumental untuk memperoleh harta.

“Corruption by greed. Penyimpangan sebagai ekspresi kerakusan. Disebut ‘tipikal’ karena korupsi merupakan salah satu subkultur menyimpang di seluruh organisasi kepolisian,” bebernya.

Kemungkinan kedua, jelas Reza, penerapan strategic model. Model ini memandang bahwa aparat penegak hukum bekerja sesungguhnya tidak murni untuk penegakan hukum itu sendiri.

“Kontras, kasus dijadikan sebagai sarana untuk mendongkrak karir personel itu sendiri. Inilah strateginya lewat mempahlawakan dirinya sendiri dalam rangka membangun karir.” jelasnya.

Reza lantas mencontohkan, polisi menciptakan kasus lalu diungkap sendiri. Dikemas secara bombastis agar diliput media dan masuk dalam radar pimpinan. Lalu personel itu dipromosikan karena dianggap berprestasi.

“Andai yang dijebak itu adalah bandit, monggo saja. Semoga kehidupan masyarakat menjadi lebih aman dan tenteram. Tapi kalau yang menjadi sasaran rekayasa kasus itu adalah orang baik-baik, jahanam itu namanya.” ujarnya.

144