Home Makro Ditengah Kondisi Ketidakpastian Global, Indonesia Masih Tumbuh Baik

Ditengah Kondisi Ketidakpastian Global, Indonesia Masih Tumbuh Baik

Jakarta, Gatra.com– Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, pemerintah mengajak masyarakat untuk optimistis dalam memandang risiko dan ketidakpastian global yang sekarang terjadi. Karena selama delapan tahun terakhir, pemerintah bersama dengan masyarakat telah memupuk modal penting menciptakan pembangunan yang kondusif.

Hal ini tercermin dalam APBN 2023 yang memfokuskan kepada agenda-agenda utama, yakni SDM unggul, produktif, dan inovatif. Serta akselerasi pembangunan infrastruktur khususnya dalam bidang energi, pangan, konektivitas, dan ICT.

Juga efektivitas reformasi birokrasi; revitalisasi industri dengan hilirisasi yang semakin kuat; dan pengembangan pembangunan ekonomi hijau.

Menurut Febrio, di tengah ketidakpastian global, Indonesia masih terus mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2023 pada 5,3%. Karena itu, pemulihan ekonomi ke depannya mesti semakin kuat dan berkualitas.

“Pandemi Covid-19 telah berdampak besar pada perekonomian global. Pergeseran risiko menjadi tantangan yang tidak kalah besarnya," kata Febrio dalam gelaran Hana Bank Economic Outlook 2023 di Jakarta, seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis (27/10).

Untuk itu, Febrio berharap Hana Bank Economic Outlook 2023 menjadi forum kondusif untuk melihat, menganalisis, memerhatikan peluang yang dapat diambil, memitigasi tantangan, dan menggali peluang–khususnya di bidang perbanka. "Supaya bisa berperan kuat dan berkontribusi dalam mempercepat pemulihan ekonomi, tidak hanya dalam jangka pendek tetapi juga dalam jangka panjang,” ujar dia.

Dalam pemaparannya, Ekonom Senior dari Universitas Indonesia, Muhamad Chatib Basri, memberikan gambaran bahwa resesi global tentu akan berpotensi memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia. Menurut dia, salah satu penyebab utama terjadi resesi global karena kenaikan suku bunga di Amerika Serikat yang baru diberlakukan belakangan ini.

Akibatnya, ekonomi Amerika Serikat melambat dan secara langsung memperlambat laju perekonomian secara global. Salah satu yang terkena dampaknya adalah harga komoditas dan energi.  Indonesia menjadi negara yang bergantung dengan dua sektor tersebut juga tentu merasakan dampaknya.

“Ketika Amerika Serikat mengalami resesi, tentu ini akan berpengaruh terhadap perekonomian di negara lain, termasuk ekonomi Indonesia juga akan mengalami perlambatan,” kata Chatib.

Dia pun kembali menjelaskan, terpengaruhnya perekonomian Indonesia terhadap hal yang terjadi secara global setidaknya dari dua sisi. Dari sisi jalur perdagangan, resesi global akan mengakibatkan melambatnya ekspor Indonesia.

Namun, share ekspor terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia relatif kecil yakni sekitar 25%, ini jika dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura, Korea Selatan, Malaysia, atau negara-negara lain yang berorientasi ekspor.

Di samping itu, krisis geopolitik yang terjadi yaitu Perang Rusia-Ukraina, masih membuat harga batu bara relatif tinggi. Maka, Indonesia semakin tertolong karena dampak jalur perdagangan terhadap ekonomi negara relatif terbatas.

Sedangkan di jalur keuangan, Chatib melihat adanya tekanan terhadap mata uang Rupiah akibat menguatnya mata uang Dollar Amerika Serikat yang terjadi karena pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat relatif membaik dibandingkan Eropa serta kenaikan bunga yang dilakukan oleh bank sentral The Fed.

Karena tekanan terhadap mata uang Indonesia ini pun kemudian akan terjadi dampak terhadap perekonomian Indonesia melalui balance sheet effect seperti firms, profit repatriation, dan kenaikan suku bunga.

“Apakah Indonesia akan masuk dalam resesi? Cara terbaik untuk tidak terdampak pada global adalah untuk tidak terintegrasi pada global. Karena itu, dampak dari perlambatan ekonomi global tergantung seberapa terbuka ekonomi Indonesia,” jelasnya.

Presiden Direktur Bank Hana, Park Jong Jin mengatakan, Hana Bank Economic Outlook 2023 menjadi langkah penting perusahaan dan pemangku kepentingan lain untuk melihat berbagai tantangan ekonomi secara global ke depannya menjadi suatu kesempatan yang baik.

“Meski ada kelonggaran pada kebijakan pandemi Covid-19 pada tahun ini, ekonomi global 2023 akan terus berdampak karena adanya konflik geopolitik yang berkelanjutan dan pengetatan kebijakan moneter yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi," jelas dia.

Park Jong Jin optimistis dapat memahami, menanggapi, dan mengatasi kondisi ini dengan tepat. "Sama halnya dalam mengatasi pandemi Covid-19, Bank Hana akan terus menjadi mitra keuangan yang terpercaya bagi seluruh masyarakat Indonesia,” dia.

258