Home Nasional Buku Islam Syariat, Menilik Gerakan Islam Pasca Reformasi Dari Kacamata Haedar Nashir

Buku Islam Syariat, Menilik Gerakan Islam Pasca Reformasi Dari Kacamata Haedar Nashir

Jakarta, Gatra.com - Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, meluncurkan kembali buku karangannya yang berjudul Islam Syariat: Reproduksi Salafiyah Ideologis di Indonesia. Buku ini, menurut Haedar, berupaya memotret fenomena gerakan pasca reformasi, terkhusus gerakan islam.

Menurutnya, mengamati gerakan-gerakan islam adalah sebuah hal menarik. Apalagi gerakan yang digambarkan Haedar dalam bukunya cenderung punya corak yang berbeda dengan arus utama yang selama ini sudah hidup di masyarakat seperti Muhammadiyah, NU, Al Irsyad, dan sebagainya.

“Buku ini atau disertasi ini mengkaji berangkat dari realita setelah kita reformasi, itu banyak gerakan-gerakan, bukan hanya gerakan keagamaan, termasuk di kalangan Islam, bahkan gerakan sosial lainnya, yang bertumbuh begitu rupa bukan hanya di permukaan, tapi yang underground yang di masa orde baru tiarap. Begitu reformasi, semuanya seperti banjir demokrasi,” kata Haedar saat ditemuidi Kampus Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA), Jakarta, Jumat (28/10)

Dalam kesimpulannya, Haedar mengatakan bahwa gerakan  kelompok militan yang disebut dengan istilah reproduksi Salafiyah Ideologis dalam bukunya tersebut memiliki banyak masalah. Apabila pola gerakan atau kelompok tersebut yang digunakan dalam Islam atau di dunia maka justru akan terjadi penyempitan ruang Islam di berbagai negara.

“Selain itu kelompok tersebut juga memungkinkan banyak orang menjadi tidak nyaman dengan Islam, sehingga memilih agama lainnya sehingga muncul konversi agama,” tegas Haedar.

Disamping itu, Haedar Nashir juga menyinggung soal momentum sumpah pemuda. Dlaam pandangannya, sumpah pemuda telah mengajarkan seluruh masyarakat bangsa tentang pentingnya nilai-nilai persatuan. Tak heram, ia menyebut momen sumpah pemuda penting dalam merekatkan anak bangsa.

Pergerakan para kaum muda di era kebangkitan nasional menjadi bukti bahwa pemuda mampu memprakarsasi sesuartu yang besar bagi negara. Yang mana dalam hal ini adalah persatuan.

“Satu tanah air, tanah air Indonesia. Satu bahasa, Bahasa Indonesia, satu bangsa, Bangsa Indonesia. Artinya apa? Persatuan," ujar Haedar

Haedar mengatakan bahwa Indonesia memiliki keistimewaan sebagai bangsa yang memiliki keragaman. Hal ini, menurut Haedar, menjadi sesuatu yang harus dijaga oleh para pemuda dengan cara bersatu.

"Indonesia ini satu dalam keragaman. Tapi beragam kita satu. Kita bisa maju, bisa kuat. Kalau berpecah, kita akan kontraproduktif. Kita bawa Indonesia sebagaimana cita-cita para pemuda dan pendiri bangsa," kata Haedar.

Disamping meluncurkan buku, Haedar juga berkesempatan untuk meresmikan Klinik Pratama Fakultas Kedokteran UHAMKA, Masjid KH Hisyam, dan Peluncuran Mars Sang Surya Berbahasa Jepang. Diungkapkan, Rektor UHAMKA, Gunawan Suryoputro, langkah ini diharapkan menjadi langkah maju untuk perkembangan UHAMKA kedepan.

“Juga sebagai langkah awal bersama untuk menginternasionalisasikan Muhammadiyah di dunia,” ujar Rektor Gunawan.

170