Home Ekonomi Tarif Logistik Perlu Diatur agar Tak Perang Gratis Ongkir

Tarif Logistik Perlu Diatur agar Tak Perang Gratis Ongkir

Jakarta, Gatra.com – Pemain jasa logistik atau pengiriman mengharapkan tidak ada lagi “perang” gratis ongkos kirim (Ongkir). Agar itu tidak terus terjadi, diperlukan regulasi yang mengatur besaran tarif batas bawah dan atas.

“Belum ada [aturan] secara formal, semua itu masih cair. Jadi itu [aturan] kompetisi yang dirasa diperlukan,” kata Andi Djoewarsa, Chief Marketing Officer (CMO) Ninja Xpress pada akhir pekan ini di Jakarta.

Andi menceritakan, biaya logistik di Indonesia yang merupakan negara besar kepulauan, sangat mahal jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan regional. “Biaya logistik di negara kita itu rata-rata 25%, tapi negara lain cuma 5-10%, mungkin 10%. Itu dari sisi cost kirimnya,” ucap Andi.

Ketika ada promosi gratis ongkir, lanjut dia, itu sangat seksi sekali bagi masyarakat dan pihak penjual pengguna jasa logistik. “Tapi kan itu sebenarnya enggak sehat gratis ongkir itu. Terus kita dapat duitnya dari mana?” katanya.

Atas dasar itu, Andi menyampaikan, pihaknya mengharapkan ada ketentuan tarif batas atas dan bawah yang disepakati semua perusahaan jasa pengiriman ekspres melalui Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo).

“Akan lebih baik ada harga yang diset [ditentukan] untuk pengiriman itu, yang bisa diterima oleh pasar itu berapa sih,” katanya.

Untuk dapat menentukan tarif batas atas dan bawah serta aturannya, para stakeholder harus membahasnya. “Oke [misalnya] kita set harga di sini, dengan asosiasi bahwa ini adalah harga yang bisa diterima dan biaya logistik tetap masih bisa menjaga kualitasnya,” kata dia.

Karena belum adanya ketentuan besaran tarif batas atas dan bawah, maka perang diskon gratis ongkir pun kerap muncul. Itu dilakukan dengana siasat mengejar volume. “Persaingannya itu banyak-banyakan di volum,” ujarnya.

Menurut Andi, kondisi tersebut bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara. Namun demikian, kondisi tersebut harus segera diatur agar terjadi persaingan yang sehat di sektor bisnis jasa pengiriman dan berkualitasnya layanan.

“Kita yakin semua bahwa kita semua akan ada saat di mana penjual atau shipper itu bilang, udah lah mendingan gua bayar sedikit mahal tapi kualitasnya terjamin. Karena gini, kalau saya jualan hijab, janji 3 hari baru datang 5 hari, itu buat saya bisnis itu [kurang baik],” katanya.

Kualitas layanan jasa pengiriman di beberapa daerah ?sudah seharusnya lebih baik karena infrastruktur sudah sangat mendukung dengan adanya sejumlah tol, seperti lintas Jawa dan Sumatera. “Jadi kalau mau pengiriman lewat darat itu sekarang sudah bisa cepat,” katanya.

Head of Public Relations Ninja Express, Ribka Pratiwi, mengungkapkan, pada perayaan tujuh tahun Ninja Xpress, pihaknya kian meningkatkan komitmen untuk memajukan UMKM di Tanah Air melalui semangat “Siap Bantu Sampai Tujuan”.

Ia menyampaikan, pihaknya terus melakukan berbagai program untuk mem-boosting para pelaku UMKM. “Kita mau memberikan teman-teman UMKM yang lebih baik, kita mau agar teman-teman UMKM? bisa melaju terus. Sesuai dengan instruksi Presiden kita, kalau UMKM-nya maju, negaranya juga maju,” ucapnya.

380

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR