Home Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV Ada Tantangan Besar, Seperti Apa?

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV Ada Tantangan Besar, Seperti Apa?

Jakarta, Gatra.com - Pemerintah mengeklaim jika pemulihan ekonomi domestik terus bergerak cepat di tengah perlambatan ekonomi global yang sedang berlangsung. Ini terlihat dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terkini mencatat Pertumbuhan Ekonomi kuartal III mencapai 5,72%.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad mengatakan, capaian pertumbuhan ekonomi di Kuartal III sebesar 5,72% benar-benar di luar prediksi dan patut diapresiasi. “Saya kira pada kuartal III, faktor best year effort sangat besar. Pada saat itu kita mengalami lompatan mobility indeks, dari negatif sekarang sudah cukup tinggi,“ ungkap Tauhid, Selasa malam (8/11/2022).

Dengan keberhasilan pemerintah menangani pandemi, kini masyarakat bergerak maka perekonomian juga bergerak. Dua sektor pendorong pertumbuhan ekonomi yaitu dari transportasi dan pergudangan, dimana wisatawan mulai masuk dan kebutuhan belanja terus meningkat.

Namun dirinya mengingatkan, tantangan di Kuartal IV. “Tantangan ekonomi di Kuartal IV akan lebih berat. Best year effect sudah tidak terasa, dampak kenaikan harga mulai dirasakan masyarakat,“ sebut Tauhid.

INDEF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 5,3% di Kuartal IV mendatang. Jika pemerintah ingin kembali mencetak rekor, ada tiga yang bisa dilakukan.

“Pertama mempercepat belanja modal dan barang. Perlu ada terobosan yang cukup strategis, dengan waktu yang sangat terbatas dalam dua bulan bisa diselesaikan, kalau tidak sangat sia-sia SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) yang besar tidak berarti pada masyarakat yang membutuhkan,” kata Tauhid.

Yang kedua, penyesuaian yang lebih moderat Suku Bunga Bank Indonesia mengikuti perkembangan inflasi yang sangat terpengaruh kondisi global.

“Yang terakhir, agar memang perlambatan ekonomi tidak terjadi, maka perlu penguatan pasar domestik untuk berbagai produk-produk yang memiliki daya saing di pasar global dan mempercepat industri substitusi impor di tengah kuatnya arus importasi beragam produk industri,” tandas Tauhid.

Sementara itu, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengungkapkan pertumbuhan 5,72 % di Kuartal III 2022 (yoy) merupakan ekspansi kuartal keenam berturut-turut dan laju terkuat sejak Kuartal II 2021 meski di bawah perkiraan.

"Angka realisasi tersebut di bawah perkiraan kami sebesar 6,0 % yoy dan di atas konsensus pasar sebesar 5,6 %," terangnya.

Faisal mengungkapkan peningkatan itu didasarkan pada sejumlah faktor seperti tingginya harga komoditas yang berdampak positif pada sektor eksternal dan APBN, penguatan konsumsi rumah tangga seiring membaiknya permintaan dan mobilitas masyarakat berkat keberhasilan pemerintah dalam penanggulangan covid-19. Faisal memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh di angka 5,17% pada 2022 dengan inflasi sebesar 6,27%.

"Dengan permintaan domestik yang sehat, pertumbuhan ekspor yang kuat, kondisi fiskal, dan manajemen covid-19 yang solid, kami mempertahankan perkiraan kami bahwa ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh sebesar 5,17% pada tahun 2022, meningkat dari 3,69% pada tahun 2021," tambah Faisal.

Menurutnya, pemerintah terbukti mampu mengurangi tekanan inflasi terhadap konsumsi secara keseluruhan akibat kenaikan harga BBM bersubsidi pada 22 September. Kinerja ekspor komoditas utama juga terus menghasilkan pendapatan ekspor dan pendapatan fiskal, sehingga memungkinkan pemerintah untuk mempertahankan bantuan sosial dan transfer tunai, sambil tetap mengurangi defisit anggaran menuju konsolidasi fiskal pada tahun 2023.

"Dengan fundamental ekonomi Indonesia yang tetap kokoh dengan latar belakang meningkatnya risiko resesi ekonomi global tahun depan. Di tengah normalisasi moneter global yang agresif untuk memerangi inflasi yang masih tinggi, kami melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia turun tipis menjadi 5,04% pada tahun 2023," pungkasnya.

141