Home Ekonomi Gabungan Pengusaha Ekspor Jalin Kesepaktan Mitigasi Risiko Bisnis

Gabungan Pengusaha Ekspor Jalin Kesepaktan Mitigasi Risiko Bisnis

Jakarta, Gatra.com - Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Khairul Mahalli menyatakan bahwa kemitraan merupakan upaya untuk meningkatkan pengawasan mitigasi risiko kegagalan bisnis.

"Kami senang bisa bermitra dengan CRIF. Penting bahwa perusahaan diperingatkan sebelumnya tentang potensi masalah keuangan dan perdagangan untuk membuat keputusan kredit yang baik," katanya usai Penandatanganan kemitraan strategis antara GPEI dan CRIF, di Jakarta, Rabu (9/11).

 Baca Juga: BI Dorong UMKM Rambah Pasar Luar Negeri

Kemitraan ini lanjut Khairul memanfaatkan platform informasi risiko, SkyMinder, yang menyediakan informasi keuangan, komersial, dan kredit yang mendalam. Platform ini mengumpulkan dan menyediakan informasi tentang perusahaan untuk penilaian kredit dan rekomendasi kredit, termasuk adanya informasi tentang pembaruan perubahan yang mempengaruhi perusahaan, sebagai aspek penting dalam proses evaluasi bagi pelanggan dan pemasok.

Khairul menyatakan bahwa selama ini, banyak perusahaan yang kesulitan untuk menemukan tingkat informasi yang diperlukan terkait dengan keputusan kredit. Maka, ketersediaan informasi dari platform SkyMinder menjadi salah satu sumber informasi yang bisa dipercaya.

Baca Juga: APPKSI Minta Pungutan Ekspor CPO, DMO dan DPO Dihapus, Apa Alasannya?

Country Director CRIF Indonesia, Novi Rolastuti mengatakan bahwa informasi bisnis pada awalnya bukan merupakan hal yang wajar ditemui di Indonesia. Namun, dampak pandemi membuat kebutuhan akan verifikasi buyer dalam ekosistem ekspor diperlukan.

“Bisnis ini di Indonesia pada awalnya tidak biasa. Banyak orang tidak tahu kalau dalam konteks ekspor, perlu assessment informasi atau data," katanya.

Kebutuhan informasi dinilai Novi sebagai langkah untuk melakukan pencegahan kerugian. Menurutnya, transaksi perdagangan yang terjadi harus bisa dipastikan aman dan efisien.

"Ketika mitigasi risiko, dilihat kebutuhannya untuk apa. Ada hal yang menjadi risiko, salah satunya mungkin risiko tidak dibayar. Pengekspor harus tahu itu," katanya.

159