Home Pendidikan QS Higher Ed Summit 2022 Tekankan Pentingnya Kolaborasi Pendidikan di Tingkat Global

QS Higher Ed Summit 2022 Tekankan Pentingnya Kolaborasi Pendidikan di Tingkat Global

Jakarta, Gatra.com – Simposium “QS Higher Ed Summit: Asia Pasifik 2022” telah berlangsung sukses pada tanggal 9-11 November 2022 di Hotel Intercontinental Jakarta. Hajatan yang dihadiri akademisi dan praktisi pendidikan dunia itu mengetengahkan isu global di bidang pendidikan beserta pencapaian sejumlah kampus dan lembaga pendidikan di dunia.

Dalam panel diskusi dengan tema “Intraregional Collaboration And Influence” hadir sejumlah pembicara penting yang memaparkan presentasi terkait kemajuan kerja sama antar negara di bidang pendidikan. Pakar yang hadir di antaranya Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek) Prof. Nizam; Assistant Director/ Head-Education, Youth, and Sports Division The ASEAN Secretariat, Dr. Roger Y. Chao. Jr; Assistant President for ASEAN Affairs and the Creative Economy Prince of Songkla University, Asst. Prof. Dr. Supatra Davison; dan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Indonesia (UI), Prof. Abdul Haris.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek), Prof. Nizam memaparkan pentingnya kompetensi khusus di bidang pendidikan. Transformasi digital dan disrupsi teknologi memberikan pengaruh akan penguasaan bidang IT seperti Machine Learning, Artificial Intelligence, Internet of Thing, Cloud Computing, dan Cyber Security. “Permintaan terhadap kebutuhan tenaga kerja di bidang Machine Learning (ML) sangat tinggi. Ini ditunjukkan dengan banyaknya rekrutmen tenaga kerja bidang AI untuk perusahaan global seperti Microsoft dan sebagainya,” ujar Nizam.

Ilustrasi Pameran “QS Higher Ed Summit: Asia Pasifik 2022” (GATRA/ Andhika Dinata)

Karena itu, dunia pendidikan saat ini tidak bisa dipisahkan dengan kebutuhan industri. Dunia industri menurutnya tidak bisa berjalan terpisah tanpa adanya kerja sama dan kolaborasi dengan institusi pendidikan. “Kita harus bekerja secara bersama-sama, dalam konsep Gotong Royong, yang membuat pekerjaan menjadi semakin agile [lincah], semakin fleksibel,” kata Prof. Nizam.

Menurutnya, kerja sama institusi yang terbangun lewat Simposium “QS Higher Ed Summit: Asia Pasifik 2022” penting bagi negara seperti Indonesia dalam melihat isu dan perspektif global di bidang pendidikan. Pemerintah Indonesia menurutnya sedang berupaya mentransformasikan sistem pendidikan melalui banyak aspek salah satunya lewat kebijakan Kampus Merdeka. “Karena kami percaya bahwa peran terpenting pendidikan tinggi adalah mempersiapkan sumber daya manusia,” ujar Prof. Nizam.

Assistant Director/ Head-Education, Youth, and Sports Division The ASEAN Secretariat, Dr. Roger Y. Chao. Jr menekankan dua aspek kunci dalam pendidikan saat ini. Pertama, transformasi digital (digital transformation). Kedua, sistem pendidikan (educational system). Dewasa ini, praktisi pendidikan dituntut mengembangkan teknologi untuk ekonomi digital negara.

Dr. Roger menjelaskan, teknologi memperkuat sejumlah lini mulai dari politik, keamanan, sosial, lingkungan dan sebagainya. Sejalan dengan itu, praktisi pendidikan berkewajiban untuk memperkuat jaminan kualitas terhadap pengembangan teknologi itu. Assistant President for ASEAN Affairs and the Creative Economy Prince of Songkla University, Asst. Prof. Dr. Supatra Davison mengungkapkan sejumlah terobosan di bidang manajemen dan teknologi di kampus yang ia pimpin.

Supatra menyebut, pentingnya kampus membuka program data sains, manajemen data dan cloud untuk mengakomodir kebutuhan pasar dan industri teknologi. Pendidikan menurutnya harus banyak memberikan sisi praktikal agar memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi peserta didik. Tak kalah penting, kampus juga harus berperan menjaga dan mempertahankan nilai sosial dan budaya yang menjadi warisan penting sebuah negara.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Indonesia (UI), Prof. Abdul Haris menyatakan, UI punya visi besar menjadi lima (5) besar universitas terbaik di Asia. Untuk mencapai visi tersebut, diperlukan global engagement dan kemitraan yang kuat dengan sejumlah pihak. “Kolaborasi adalah kunci untuk mencapai tujuan,” kata Prof. Abdul Haris.

Menurutnya, UI dalam waktu dekat akan segera mengimplementasikan program Kampus Merdeka yang memberikan kesempatan yang luas bagi mahasiswa merengkuh pengalaman di industri. “Yang sangat penting adalah bagaimana membuka paradigma mahasiswa agar mereka siap memasuki dunia kerja,” ia menambahkan.

Ilustrasi Pameran “QS Higher Ed Summit: Asia Pasifik 2022” (GATRA/ Andhika Dinata)

Sekretaris Universitas kampus UI, Dr. dr. Agustin Kusumayati menambahkan, UI saat ini sudah membangun kerja sama dengan industri lewat skema link and match. Kolaborasi itu sudah dimulai sebelum adanya gagasan Kampus Merdeka. “Kita sudah bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan IT dan mahasiswa kita juga sudah banyak magang di sana,” ujar Agustin.

Konsep pendidikan vokasional menurutnya dirancang dengan memberikan porsi yang lebih bagi mahasiswa belajar dari luar kampus. “Untuk program pendidikan vokasional itu memang sudah didesain dari enam semester masa studi, tiga semesternya itu sudah belajar di luar. Jadi misalnya belajar anatomi, ya belajarnya ke rumah sakit. Untuk program pendidikan lainnya kita sedang terus membangun dan itu sudah menjadi concern kita sekarang,” katanya.

Saat ini, UI menurutnya fokus untuk mengembangkan intensitas kerja sama dengan sejumlah pihak. “Kita sudah mengembangkan kerja sama-kerja sama seperti itu. Sekarang yang menjadi challenges adalah memperbanyaknya supaya lebih banyak [mahasiswa] yang mendapatkan kesempatan mencicipi kerja sama seperti itu,” pungkasnya.

182