Home Info Sawit Ada Tiga Tantangan Besar Industri Sawit Nasional. Butuh Lebih Banyak Anak Muda

Ada Tiga Tantangan Besar Industri Sawit Nasional. Butuh Lebih Banyak Anak Muda

Jakarta, Gatra.com - Tak ada yang memungkiri kalau saat ini luas kebun kelapa sawit di Indonesia mencapai 16,38 juta hektar.

Tahun lalu industri ini telah menggelontorkan lebih dari Rp500 triliun devisa ke kocek negara. Belum lagi penghematan devisa impor yang mencapai Rp267 triliun.

Kalau soal perputaran duitnya di sentra-sentra sawit hingga ke kota, jangan tanya lagi. Banyak kampung-kampung yang dulunya 'sarang hantu', telah berubah menjadi kota gara-gara perputaran duit sawit itu.

"Betapa luar biasanya industri sawit kita ini. Biar kondisi ini terus terjaga dan sebisa mungkin meningkat, Republik ini butuh generasi muda, kaum millenial hingga generasi Z, sebagai penerus keberlanjutan industri strategis nasional ini," kata Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Tofan Mahdi, kepada Gatra.com, kemarin.

Negeri ini kata lelaki 48 tahun ini butuh lebih banyak anak-anak muda untuk dicekoki strategi kampanye positif terkait industri sawit itu.

"Kalau itu enggak segera dilakukan, kelapa sawit bakal ditinggal. Kalau sudah begitu, kelapa sawit akan mati," katanya.

Pergeseran teknologi komunikasi digital yang masif kata bekas Wakil Pemimpin Redaksi Jawa Pos ini, sudah sangat membantu generasi muda untuk melakukan kampanye positif tadi. Tinggal lagi kemauan dan strateginya.

"Kalau di sektor teknis, anak-anak muda sudah banyak yang masuk dan bekerja di industri sawit. Tapi bidang komunikasi, kampanye positif, dan advokasi kebijakan, kita masih sangat membutuhkan lebih banyak lagi anak-anak muda untuk terlibat di dalamnya," kata Senior Vice President (SVP) of Communication, Public Affair, and Investor Relation PT Astra Agro Lestari Tbk ini.

"Anak muda mungkin kalah dalam pengalaman, tapi perspektif mereka akan lebih objektif menengok tantangan di industri sawit. Entah itu tantangan dari dalam, maupun luar negeri," tambahnya.

Belakangan, Tofan mulai sumringah. Sebab program-program kampanye positif sawit yang melibatkan generasi muda sudah dilakukan oleh kelembagaan para pelaku sawit. Tak hanya GAPKI, tapi juga asosiasi petani sawit yang ditopang oleh pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BDPKS)

Saat ini kata lelaki yang pernah jadi 'PR' Terbaik Indonesia 2016 versi Majalah PR Indonesia itu, ada tiga tantangan besar yang dihadapi oleh industri minyak sawit; tantangan kebijakan, keberlanjutan, dan fluktuasi harga.

"Dari tiga tantangan itu, tantangan kebijakan adalah yang terberat. Kalau fluktuasi harga CPO, kita enggak bisa ngapa-ngapain, sebab itu ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran di pasar," ujarnya.

Lalu soal tantangan keberlanjutan, ini adalah mutlak. Ibarat pesawat terbang yang baru lepas landas, Indonesia sudah sampai pada titik yang tidak bisa kembali atau point of no return.

"Jadi, diwajibkan atau tidak, diminta Eropa atau tidak, komitmen keberlanjutan adalah mutlak," Tofan menegaskan.

Nah, pada tantangan kebijakan, belajar dari pengalaman semester pertama tahun ini, Tofan berharap semua pemangku kepentingan dalam mata rantai industri sawit tetap kompak dan konsisten mendukung munculnya kebijakan yang pro terhadap industri sawit berkelanjutan.

"Teman-teman pelaku usaha dan petani sawit harus makin kompak dalam advolasi kebijakan apapun terkait sawit,” pinta lelaki kelahiran Pasuruan Jawa Timur ini.


Abdul Aziz

103