Home Gaya Hidup Milir Berakit, Membangkitkan Peradaban Tua Sungai Batanghari

Milir Berakit, Membangkitkan Peradaban Tua Sungai Batanghari

Sarolangun, Gatra.com - Ekspedisi milir (hilir) berakit yang diinisiasi Yayasan Sahabat Sungai Batanghari telah mulai dilaksanakan, sebagai langkah awal dalam upaya membangkitkan kembali peradaban tua Sungai Batanghari, Jambi.

Rombongan yang melaksanakan kegiatan ini telah secara resmi di lepas oleh Pj Bupati Sarolangun Henrizal, di tepian tepi sungai tembesi depan rumah dinas Bupati Sarolangun, Senin (14/11). Gatra.com berkesempatan melihat secara langsung pelepasan rombongan yang menggunakan rakit dari bambu ini.

Ketua Panitia Milir Berakit, Sigit Eko Yuwono mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan oleh yayasan sahabat sungai Batanghari, yang merupakan program dalam menelusuri sungai Batanghari, dari Sarolangun menuju kota Jambi.

Semua Kabupaten/Kota nantinya akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan milir berakit ini, yang menjadi bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.

"Nanti dalam kegiatan HUT provinsi Jambi ke-59 nanti, di tanggal 06 Januari 2023 akan berlabuh semua tim rakit dari semua kabupaten/kota se-Provinsi Jambi. Kami sedang membentuk komunitas di beberapa kabupaten, di kabupaten Bungo telah terbentuk komunitas peduli hijau Bungo," kata Sigit.

Sigit menyebutkan, selama kegiatan berakit ini, tim advance akan mendokumentasikan seluruh kondisi sungai, kawasan lingkungan sepanjang aliran sungai termasuk kawasan penduduk. Hal itu untuk menjaga keutuhan khas dan kultur budaya daerah Jambi.

"Kami akan mendokumentasikan rumah penduduk yang berada dipinggiran sungai ini, yang masih khas daerah dan masih menjaga kultur budaya. Kami dari panitia sangat mengucapkan terima kepada bapak penjabat Bupati Sarolangun, mudah-mudahan kegiatan dapat berjalan lancar dan kami beserta rombongan bisa sampai ke tujuan dengan selamat," katanya.

Ketua rombongan milir berakit, Herman yang juga anggota Yayasan sahabat sungai Batanghari mengatakan, ada sebanyak 10 orang anggotanya yang ikut dalam satu rakit yang terbuat dari bambu ini.

"Ada 10 orang, finishnya nanti di depan rumah dinas Gubernur Jambi. Estimasi waktu berkisar 5 hari 4 malam baru sampai," ujar Herman.

Ia mengakui, belum ada yang survei sebelum pelaksanaan menyusuri sungai Batanghari, yang di mulai dari kabupaten Sarolangun ini. Namun dahulu jauh sebelum kegiatan ini, ia telah dua kali melakukan hal yang sama.

"Kalau survei dalam waktu dekat sebelum acara ini belum pernah, tapi dulu pernah kita lakukan sebanyak dua kali milir berakit ke Jambi," kata Herman.

Sementara itu, penjabat (Pj) Bupati Sarolangun Henrizak mengatakan, ekspedisi Milir Berakit ini merupakan suatu kebanggaan bagi pihaknya untuk mengembalikan fungsi ekosistem lingkungan hidup, ekonomi, transfortasi sungai Sub DAS Merangin Tembesi sebagai salah satu bagian Sub DAS Batanghari, serta menjadi bagian dari aliran sungai sejarah dan budaya Kabupaten Sarolangun.

"Semoga acara ini dapat mempererat silaturahmi antara jajaran Pemerintah Daerah serta seluruh Stakeholder yang berpartisipasi dalam mensukseskan penyelenggaraan acara Ekspedisi Milir Berakit ini sehingga dapat memberikan edukasi serta motivasi tersendiri bagi masyarakat Kabupaten Sarolangun dan dapat mengingat nilai-nilai yang terkandung di dalam sejarah pemimpin pemimpin Sarolangun terdahulu dalam menimba ilmu ke provinsi jambi, Sungai Sub DAS Merangin Tembesi diyakini mempunyai peranan yang sangat besar dalam sejarah peradaban sejak seribu tahun yang lalu," kata Henrizal.

Ia menyebut, sekilas sejarah aliran sungai Batanghari pada masa lalu, kebesaran sejarah melayu tidak lepas dari narasi peradaban daerah aliran sungai Batanghari, sebagai salah satu kawasan penting di Asia sejak abad ke-7 Masehi sampai dengan abad ke -14 Masehi, jalur perairan sungai Batanghari yang membentang hingga 800 kilometer mulai dari Provinsi Sumatera Barat hingga ujung Tanjung Jabung di Provinsi Jambi, telah menjadi gelanggang kebesaran Melayu di tiga zaman yang melahirkan keberagaman sosial, budaya, dan ekonomi.

"DAS Batanghari tidak hanya menjadi jalur lalu lintas regional Sumatera Tengah, namun juga menjadi jalur pelayaran internasional yang menghubungkan komoditas penting tanah khas melayu, emas, gaharu, kamper, lada, dengan hasil peradaban dunia seperti cina dengan sutra dan kramik sedangkan India dan Persia menghasilkan barang-barang kacanya," katanya.

Pada saat ini keadaan dan kualitas Batanghari aliran sub DAS mengalami kemunduran dan kerusakan ekosistem lingkungan hidup, kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama dampak eksploitasi mineral sungai, pembuangan limbah, dan penambangan ilegal.

"Hal ini menyebabkan sungai tidak lagi di pandang sebagai urat nadi dan sumber kehidupan sehingga Batanghari DAS secara fisik maupun secara filosofis tidak lagi terjaga dengan baik dan kondisi pada saat ini sangat memprihatinkan dan mencapai puncak kerusakannya," ujarnya.

Ia menjelaskan, tujuan dilaksanakannya kegiatan Ekspedisi Milir Berakit ini tidak lain tidak bukan untuk melihat secara langsung melihat kondisi terkini lingkungan ekosistem budaya yang terjadi di sepanjang aliran sungai DAS Batanghari pada masa kini, pengamatan, pendokumentasian, serta penelitian dan penyebaran informasi yang didukung oleh berbagai pihak terutama Pemerintah Daerah.

Kabupaten Sarolangun melalui Dinas terkait serta di dukung perguruan tinggi, mahasiswa pencinta alam, komunitas dan masyarakat umum yang peduli turun bersama menyaksikan, mencatat, mendokumentasikan serta sumbangsih berembuk bersama pikiran untuk mencari solusi terbaik mengatasi persoalan aliran sungai Batanghari serta dampak yang di timbulkan dari permasalahan yang ada.

Untuk diketahui bersama, Sub DAS Merangin Tembesi menjadi bagian dari sub DAS Batanghari yang berperan dan berkontribusi penting terhadap keberlanjutan dari DAS Batanghari. Kabupaten Sarolangun berada dalam Daerah Aliran Sungai Sub DAS Batang Merangin Tembesi dengan luasan ± 1.2 81.907 Ha yang dilalui oleh 4 (empat) sungai besar yaitu sungai batang limun, batang tembesi, batang asai dan batang merangin.

"Oleh sebab itu, saya mengajak seluruh Stakeholder terkait untuk melihat secara langsung kondisi eksiksting lingkungan ekosistem sungai dan dampak kerusakan terhadap perubahan sosial, ekonomi dan budaya yang terjadi di sub DAS Merangin Tembesi dengan memakai kapal rakit dari bambu ini," katanya.

Kurang lebih 9 (sembilan) orang Daerah Kabupaten Sarolangun yang mewakili dari Pemerintah, semua ini dilakukan semata mata untuk membangun kesadaran masyarakat luas atas kondisi terkini sungai sub DAS Merangin Tembesi serta dapat menyebarkan nilai-nilai penting air sebagai urat nadi dan sumber kehidupan.

"Selain itu juga saya berharap, kegiatan ini dapat juga memetakan dan mendata titik kerusakan sungai, flora geomorfologi sungai, fauna dan situs bersejarah di sepanjang sungai sub DAS Merangin Tembesi yang terancam rusak oleh Abrasi sungai atau faktor lain dengan mencari sumber penyebab kerusakan sehingga dapat mencari solusi dan menyusun langkah penanganan secara bersama-sama," kata Henrizal.

Ia mengakui secara pribadi sangat mendukung kegiatan Ekspedisi Milir Berakit ini, karena dapat memberikan manfaat yang besar bagi kesejahteraan masyarakat, yang terpenting dapat mendorong dan mendukung revitalisasi Sungai Sub DAS Merangin Tembesi dalam peningkatan kualitas air bersih, planologi, dan arsitektur di sektor pariwisata guna memacu pertumbuhan perekonomian dengan bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat.

Beberapa waktu lalu Aksi Pemerintah Daerah Kabupaten Sarolangun melalui Dinas Lingkungan Hidup melaksanakan kegiatan secara rutin dalam rangka pemantauan kualitas air Sub DAS Merangin Tembesi, serta melaksanakan progres kerja Forum DAS Kabupaten Sarolangun dengan Forum DAS Provinsi Jambi, ini semua bentuk keseriusan Pemerintah Sarolangun dalam mendukung program pemerintah Pusat dalam pelestarian lingkungan hidup dan peningkatan kesehatan, kesejahteraan serta kemakmuran seluruh rakyat Kabupaten Sarolangun.

Dengan demikian dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta kualitas lingkungan hidup untuk mengurangi dampak kekeringan dan banjir bersifat luas dan kompleks mencakup geofisik, infrastruktur, sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat kemudian juga mencari solusi yang tepat dalam pengambilan kebijakan guna pemecahan Permasalahan serta dapat meminimalisir potensi, faktor-faktor pemicu dan tanda-tanda terjadinya bencana dan indikasi-indikasinya.

Sehingga dapat dilakukan sedini mungkin tindakan pencegahan yang terjadi akibat dampak negatif yang ditimbulkan dari permasalahan yang kompleks yang berada di dalam aliran sungai Sub DAS Merangin Tembesi yang merupakan satu bagian dari Sub DAS Batanghari.

"Saya mengajak seluruh stakeholder baik pemangku kebijakan, praktisi, akademisi serta peneliti untuk berdiskusi saling bertukar informasi dan pengalaman dalam pemulihan aliran sungai Sub Tembesi DAS Merangin serta mencari soslusi dari permasalahan yang cukup kompleks dengan harapan kedepannya aliran sungai sepanjang DAS Batanghari akan kembali di gunakan masyarakat Kabupaten Sarolangun sebagai sumber kehidupan," kata Henrizal lagi.

711