Home Internasional Penghasil Lithium Terbesar Dunia, Bahlil Ajak Australia Kembangkan Hilirisasi di Indonesia

Penghasil Lithium Terbesar Dunia, Bahlil Ajak Australia Kembangkan Hilirisasi di Indonesia

Jakarta, Gatra.com – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengajak sejumlah CEO perusahaan asal Australia berkolaborasi dalam mendorong hilirisasi dan Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk mendukung pengembangan ekosistem industri baterai listrik di Indonesia.

Bahlil menyampaikan ajakan tersebut  dalam pertemuan di Nusa Dua, Bali. Ia berpendapat bahwa Indonesia dan Australia sama-sama memiliki kekuatan di sektor pertambangan, yaitu termasuk dalam negara-negara produsen terbesar di dunia untuk beberapa komoditi seperti nikel.

Baca Juga: PKS dan Presiden Jokowi Kompak, Tak Takut WTO, Lanjutkan Hilirisasi Nikel

Selain itu, kata Bahlil dalam keterangan pers diterima pada Rabu (16/11), Australia juga memiliki keunggulan sebagai penghasil lithium terbesar dunia. Melihat potensi yang ada di kedua negara, Bahlil mengajak Australia untuk bekerja sama dalam pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik di Indonesia.

“Indonesia memiliki pasar yang besar dalam industri kendaraan listrik dengan pemain-pemain global besar yang sudah berinvestasi seperti LG, Foxconn, CATL," katamya.

Menurutnya, ini merupakan sebuah peluang besar yang dapat dijajaki antara Indonesia dengan Australia dengan konsep saling menguntungkan dalam rangka meningkatkan perekonomian kedua negara.

Dalam pertemuan ini, Senior Commisioner New South Wales, Andrew Parker, mengungkapkan, kurangnya informasi terkait peluang investasi di Indonesia menjadi tantangan tersendiri dalam mendorong investasi Australia ke Indonesia.

“Para pebisnis Australia merasa kurangnya informasi mengenai proyek investasi yang siap ditawarkan di Indonesia, seperti sektor pertambangan, infrastruktur, pariwisata, dan industri pengolahan limbah,” ungkap Andrew.

Menanggapi hal tersebut, Bahlil menegaskan kembali bahwa Indonesia saat ini fokus pada industri hilirisasi, sehingga tidak membutuhkan investasi di sektor pertambangan. Banyaknya peluang investasi di sektor infrastruktur, khususnya pada pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Utara.

Baca Juga: Cadangan Nikel Indonesia Berlimpah, Saatnya Jadi Pemain Nikel Global

Kementerian Investasi/BKPM mencatat realisasi investasi asal Australia pada triwulan III 2022 sebesar USD 0,2 miliar dan menempati peringkat ke-10. Secara akumulatif sejak 2017–September 2022, realisasi investasi Australia mencapai USD 2,37 miliar.

Adapun sektor realisasi investasi asal Australia sejak tahun 2017 tersebut didominasi pada sektor pertambangan sebesar USD 1,28 miliar (54,1%), industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya sebesar USD0,8 miliar (8,3%), serta hotel dan restoran sebesar USD0,18 miliar (7,4%). 

133