Home Kesehatan Kenali, Antisipasi dan Perawatan Myopia untuk Masa Depan Anak

Kenali, Antisipasi dan Perawatan Myopia untuk Masa Depan Anak

Jakarta, Gatra.com- Di seluruh dunia jumlah anak penderita myopia kian lama semakin meningkat. World Health Organization (WHO) memprediksi bahwa pada tahun 2050 setengah populasi dunia akan menderita myopia atau mata minus.

Spesialis Mata, dr Zoraya Ariefia Feranthy SpM menjelaskan bahwa Myopia adalah kelainan refraksi yang mana penderitanya kesulitan melihat objek di jarak jauh. Hal ini tentu sangat mempengaruhi aktivitas keseharian dan proses belajar penderitanya.

Beberapa penelitian di luar negeri membuktikan bahwa pasca pandemi Covid 19 angka penderita myopia semakin meningkat. Diduga, salah satu penyebabnya adalah pembatasan aktivitas luar ruangan selama masa pandemi, serta semakin meningkatnya aktivitas jarak dekat  seperti penggunaan gawai yang berlebihan.

"Myopia yang diderita anak sejak usia dini, memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan myopia yang terjadi pada usia anak yang lebih lanjut," ungkap dr Zoraya.

Ia menjelaskan, Myopia terjadi ketika bayangan jatuh di depan retina mata. Hal ini terjadi akibat kekuatan optik atau ptical power tidak sesuai dengan panjang axial bola mata. "Kesulitan untuk melihat objek dengan jarak yang jauh menjadi gejala utama dari myopia," ujarnya.

Bagi anak-anak usia sekolah, kesulitan melihat papan tulis menjadi salah satu cirinya. Selain itu, gejala myopia pada anak juga bisa diperhatikan jika seorang anak kerap mengalami sakit kepala, kelelahan mata, menyipitkan mata, atau bahkan memiliki postur kepala yang tidak normal.

Menurut penelitian terdapat dua faktor utama penyebab myopia, yakni faktor genetika dan faktor kebiasaan.
Saat ini banyak sekali penelitian terkait gen yang diduga sebagai penyebab myopia yang dilakukan di berbagai pusat penelitian di dunia termasuk di Singapura.

Penelitian mengenai gen terkait myopia masih terus dikembangkan, dengan harapan suatu hari dapat menjadi salah satu pilihan terapi pencegahan dan pengobatan mata dengan myopia. Dikatakan bahwa anak yang memiliki orang tua dengan myopia memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita myopia. Namun hal tersebut dipengaruhi oleh faktor gizi, lingkungan, kebiasaan, dan faktor eksternal lainnya.

Faktor kedua yang menyebabkan myopia adalah faktor lingkungan dan kebiasaan anak. Berbagai penelitian terbaru telah membuktikan bahwa kurangnya aktivitas di luar ruangan, membaca buku atau menggunakan perangkat elektronik secara menerus dan kurangnya kadar vitamin D dalam tubuh dapat membuat seseorang beresiko lebih tinggi mengalami myopia.

"Mata myopia dengan ukuran minus yang tinggi memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya katarak dini, glaukoma, kelainan retina seperti retinal detachment dan kelainan makula yang dapat menjadi penyebab kebutaan dikemudian hari," jelas dr Zoraya.

Oleh karena itu, para ahli di seluruh dunia berusaha untuk mencari metode pengendalian myopia atau yopia control untuk dapat mencegah dan menahan laju pertumbuhan myopia. Sejauh ini, penelitian membuktikan bahwa terdapat tiga metode yang dapat dijadikan pilihan untuk  upaya mengendalikan myopia khususnya pada anak.

Adapun pilihan tersebut adalah pemberian obat atropine dosis rendah, lensa kacamata khusus myopia control, dan lensa kontak khusus myopia control. Secara umum, keberhasilan myopia control dipengaruhi oleh faktor usia, durasi perawatan, dan kepatuhan terhadap terapi.

"Oleh karena itu, pemilihan terapi untuk anak disesuaikan dengan kondisi mata anak, usia, laju pertumbuhan myopianya, dan tetap mempertimbangkan faktor kebiasaan anak, hobi, cara belajar, dan kegemarannya," jelas dr Zoraya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah mata myopia pada anak yakni, periksakan mata anak secara rutin, perbanyak aktivitas diluar ruangan, batasi penglihatan jarak dekat seperti penggunaan gawai dan membaca buku, dan konsumsi makanan bergizi.

Pembatasan penglihatan jarak dekat dapat dengan menerapkan rumus 20:20:20, yakni istirahatkan mata selama 20 detik, setelah melihat jarak dekat selama 20 menit, dengan melihat objek pada jarak 20 kaki (6 meter). Jika anak dicurigai menderita myopia, segera periksakan mata anak ke ahlinya untuk mendapat terapi terbaik sesuai kebutuhannya.

98