Home Ekonomi Mewujudkan Data Tunggal 10 Juta UMKM Sulit dan Tak Semudah Dibayangkan

Mewujudkan Data Tunggal 10 Juta UMKM Sulit dan Tak Semudah Dibayangkan

Yogyakarta, Gatra.com – Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) menyatakan mewujudkan data tunggal 10 juta UKM Indonesia sulit dan tidak semudah dibayangkan. Kondisi geografis dan rendahnya pemahaman pelaku UMKM menjadi dua kendala besar pemenuhan target.

Hal ini dipaparkan oleh Asisten Deputi Pengembangan Teknologi Informasi dan Inkubasi Usaha Kemenkop-UKM Christina Agustin usai acara peningkatan kapasitas startup 2022 di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (18/11).

“Data tunggal UMKM secara nasional sangat penting karena akan menjadi basis kebijakan yang tepat dan sesuai kebutuhan masyarakat. Tanpa data, kebijakan yang tidak sesuai kebutuhan masyarakat akan terulang lagi,” kata Christin.

Dengan target data lengkap dari nama, alamat, maupun jenis usaha 10 juta UMKM terkumpul sampai akhir tahun ini, Christian menyatakan dua kendala besar yang dihadapi.

Kendala geografis seperti di Papua menjadikan pengumpulan data akurasi secara door to door membutuhkan usaha yang sangat besar. Rendahnya pemahaman pelaku UMKM yang menilai pengumpulan data tidak penting juga menjadi kendala bagi petugas pengumpul data.

Christian menerangkan, dalam prosesnya pengumpulan data UMKM memang bersumber dari data yang terkumpul di setiap instansi dan dinas di tingkat provinsi. Dari data tersebut lalu dilakukan pengumpulan data lapangan untuk diperbarui.

“Keuntungan data tunggal banyak sekali, selain menjadi pijakan kebijakan. Dari akurasi data tersebut kita bisa menyentuh sektor mana yang akan menjadi prioritas,” lanjutnya.

Angka 10 juta ini secara nasional diakui Christian angka kecil. Namun mewujudkan data tunggal itu sulit dan tidak semudah dibayangkan. Tapi dengan semakin terbukanya pemahaman pelaku UMKM akan pentingnya data akhir-akhir ini, Christian meyakini target pendataan 10 juta UMKM secara nasional akan terpenuhi.

“Beberapa provinsi hampir memenuhi target seratus persen dari yang ditargetkan, termasuk juga DIY,” ujarnya.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM (Dinkop UKM) DIY Srie Nurkyatsiwi menyatakan dari 238 ribu UMKM yang terdata dalam aplikasi Si Bakul, baru tercatat 138 UMKM atau sebesar 58 persen.

“Kategori UMKM yang kita masukkan data adalah UMKM kecil yang masa usahanya sudah berjalan dua tahun dan UMKM besar dengan masa usaha empat tahun. Saat pandemi kemarin kita kesulitan melakukan pendataan karena banyak yang mati suri,” kata Siwi.

 

Siwi melanjutkan jika melihat rasio keberlangsung waktu usaha, DIY menempati urutan kelima secara nasional. Masih kalah jauh dengan Riau yang menduduki peringkat pertama.

Sebagai upaya membantu percepatan pendataan UMKM, BISMA Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta memfasilitasi 22 tenant startup UMKM.

Kepala Divisi Pengembangan Kewirausahaan/ Inkubasi BISMA UII Bagus Panuntun menyatakan kegiatan ini memberi pendampingan kepada pelaku UMKM untuk bisa menembus pasar dan permodalan selama enam bulan.

“Ajang ini juga sebagai upaya mendorong pelaku UMKM untuk masuk ke dunia digital agar semakin memperluas pasar ke luar negeri,” lanjutnya.

139