Home Ekonomi Kementan Anggarkan Rp498 M untuk Pengembangan Kedelai, DPR: Tidak Efisien!

Kementan Anggarkan Rp498 M untuk Pengembangan Kedelai, DPR: Tidak Efisien!

Jakarta, Gatra.com - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menyiapkan alokasi anggaran untuk pengembangan produksi dan produktivitas kedelai tahun 2023 mencapai Rp498 miliar. Adapun luas areal yang menjadi target pengembangan mencapai 250 ribu hektar dengan target produksi sebesar 590 ribu ton.

Anggota Komisi IV DPR-RI Fraksi Demokrat, Suhardi Duka mengomentari rencana anggaran Kementan untuk kedelai tersebut. Menurut dia, pengembangan kedelai tidak lebih efisien jika dibandingkan pengembangan komoditas lain, seperti jagung.

Adapun Kementan menganggarkan dana pengembangan jagung tahun 2023 sebesar Rp291 miliar untuk luas lahan 377 ribu hektar.

"Saya menilai bahwa ini (pengembangan kedelai) tingkat produktivitas sangat rendah. Dibandingkan dengan jagung, 377 ribu hektar yang akan diintervensi bisa menghasilkan 23 juta ton," ujar Suhardi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPR bersama Kementan, Bulog dan Badan Pangan Nasional di Komplek Parlemen, Senayan, Rabu (23/11).

Suhardi menyebut target produksi kedelai tahun depan sebesar 590 ribu ton dari anggaran Rp498 miliar belum cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"590 ribu ton enggak cukup, kebutuhan kita cukup besar," ungkapnya.

Menurut dia, saat ini pemerintah perlu memperhitungkan langkah yang lebih efisien dalam pemenuhan kebutuhan kedelai. Melalui pengembangan produksi atau importasi. Musababnya, ia mengingatkan agar penggunaan uang negara untuk program pengembangan kedelai tidak sia-sia. Pemerintah juga perlu mempertimbangkan komoditas lain yang lebih strategis dan efisien untuk dikembangkan.

"Ini kan sejauh mana intervensi habiskan keuangan negara yang besar, dibanding dengan kita impor dan intervensi tanaman yang lain yang lebih produktif itu juga menjadi kajian kita bersama," kata Suhardi.

Senada dengan itu, Anggota Komisi IV DPR-RI Fraksi Golongan Karya (Golkar), Hanan Rozak menilai pengembangan kedelai di Indonesia kurang cocok. Selain kedelai merupakan komoditas subtropis, kata Hanan, saat ini ketersediaan benih kedelai RI juga belum mumpuni dari segi kualitas.

"Di subtropis dia (kedelai) bisa 4 ton per hektar, tapi kalau di tropis itu maksimal 1,5 ton per hektar. Karena apa? Belum ditemukan bibit yang cocok untuk daerah tropis," sebut Hanan dalam kesempatan yang sama.

Karena itu, ia lebih mendorong agar penelitian kedelai difokuskan pada pengembangan bibit unggul. Selain itu, menurut Hanan pemenuhan kedelai lewat importasi bukan hal yang salah, justru dinilai lebih realistis dan efisien.

"Ke depan, sambil menunggu kita siap untuk berdaulat kedelai, yang penting kita bertahan dulu. Supaya kita tahan, kalau kurang, jaga-jaga kita impor. Pilihannya seperti itu," tandasnya.

89