Home Sumbagsel Stunting Masih Tinggi, Ahli Gizi Sarankan Gizi Seimbang untuk Anak

Stunting Masih Tinggi, Ahli Gizi Sarankan Gizi Seimbang untuk Anak

Palembang, Gatra.com – Tim Ahli Gizi Puskesmas terus berupaya membentuk gabungan penanganan cepat kasus stunting khususnya di Kecamatan Seberang Ulu (SU) II yang merupakan daerah tertinggi kasus stunting di Kota Palembang.

Menurut data dari Bandan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) kasus anak stunting di Kota Palembang hingga saat ini masih tersisa 16,1%.

Sedangkan untuk skala nasinonal, angka prevelensi stunting ditargetkan hingga 0 kasus atau sesuai dengan target Sustainable Development Goals (SDGs) nasional sebesar 14% sampai tahun 2024.

Dalam upaya pencegahan dan penanganan, salah satu Ahli Gizi di Puskesmas Taman Bacaan Kecamatan SU II, Heni Yustita, membeberkan tips yang saat ini digencarkan untuk menurunkan kasus stunting di wilayah kerjanya.

Heni, yang juga merupakan Pengelola Program Gizi Puskesmas Taman Bacaan, mengatakan untuk upaya pencegahan kasus stunting dimulai dari sebelum wanita menikah dengan rutin memberikan tablet penambah darah.

“Stunting sendiri bisa diantisipasi atau dicegah dari sejak remaja putri, sebelum menikah, ibu menyusui dan anak usia sampai dua tahun,” katanya kepada Gatra.com pada Jumat, (25/11).

Heni juga mengatakan, jika upaya dilakukan dengan cara rutin melakukan giat pembagian tablet tambah darah (TTD) untuk remaja putri yang berusia dari 12 hingga 18 tahun, ibu hamil dan ibu menyusui.

“Kita bekerjasama dengan Kantor Urusan Agama dengan Kelurahan-kelurahan, kita petugas Puskesmas datang memberikan edukasi pernikahan tentang Imunisasi TT, Pemberian Tablet Tambah Darah dan banyak lagi. Harapan kita adalah berkurangnya stunting,” tambahnya.

Setelah melakukan edukasi, yang terjadi di lapangan nyatanya sangat berbeda. Heni bercerita jika wilayah kerjanya merupakan wilayah dengan kasus stunting tertinggi di Kota Palembang. Dari 120 anak stunting, kini kasus tersebut berangsur menurun hingga 39 anak.

Heni bersama dengan Tim Ahli Gizi lainnya juga terus melakukan upaya penanganan untuk ibu yang mengandung anak dengan berat badan kurang dari usia kandungan dan anak-anak yang lahir dengan kondisi stunting, sehingga kasus semacam itu berangsur menurun.

“Ciri-ciri stunting itu kan tinggi badan balita tidak sesuai dengan umur. Itu indikatornya dari Peremenkes nomor 2 tahun 2020. Kalau di Posyandu sudah ada di Buku KIA itu ada grafiknya,” tuturnya.

Heni mengatakan, pemantauan stunting juga dilakukan dari Posyandu yang rutin dilakukan oleh puskesmas setempat. Ia juga menyarankan agar para ibu diwajibkan datang ke Posyandu untuk mencegah anak-anak mengalami stunting.

“Kita berharap semua ibu di wilayah kerja kita kalau bisa dia datang ke Posyandu, dengan dia datang ke Posyandu kita bisa pantau apakah anak ada gangguan gizi atau tidak. Jadi muaranya adalah pemantauan di Posyandu,” saran Ahli Gizi tersebut.

Jika telah dipantau dan didapatkan ada anak-anak atau ibu hamil yang berpotensi mengalami stunting, bidan setempat bersama dengan ahli gizi akan lebih mudah mengenali dan melakukan langkah cepat.

“Kita akan lakukan jemput bola, kita datangi rumah-rumah warga yang anaknya stunting dan kita beri makanan setiap hari sesuai dengan resep yang sudah kita rancang. Terlebih kita punya Kader Posyandu dan dana dari Baznas Kota Palembang, jadi ini akan lebih mudah,” jelasnya.

Heni mengatakan, makanan dengan gizi seimbang harus dipenuhi oleh orangtua untuk anak agar tidak terjadi berulang untuk kasus-kasus stunting.

“Makanan pencegahan kita masih berpaku pada gizi seimbang. Yaitu sudah mengandung karbohidrat, protein hewani nabati, sayur dan buah dalam satu piring, jadi ini adalah makanan wajib. Ini juga tugas kita dalam mengedukasi masyarakat,” pungkas Heni.

90

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR