Home Nasional Terungkap Alasan Utusan Khusus AS Urusan LGBTQI+ Batal ke Indonesia

Terungkap Alasan Utusan Khusus AS Urusan LGBTQI+ Batal ke Indonesia

Jakarta, Gatra.com – Setelah mendapat penolakan keras dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Pemerintah Amerika Serikat memutuskan membatalkan kunjungan Utusan Khusus AS untuk Memajukan Hak Asasi Manusia bagi Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Queer dan Interseks (LGBTQI+), Jessica Stern ke Indonesia.

Profesor berusia 64 tahun tersebut dijadwalkan mengunjungi Indonesia pada 7-9 Desember mendatang. Sebelumnya, Stern mengunjungi Vietnam dan Filipina.

“Walaupun kami menantikan untuk melanjutkan dialog dengan para pemimpin keagamaan, pejabat pemerintah, dan anggota masyarakat tentang topik penting untuk memastikan penghormatan terhadap hak asasi manusia LGBTQI+, setelah berdiskusi dengan rekan-rekan kami di pemerintah Indonesia, kami telah memutuskan untuk membatalkan Kunjungan Utusan Khusus Stern ke Indonesia,” ujar Duta Besar AS untuk Indonesia, Sung Kim dalam pernyataan yang diterima Gatra.com, Jumat (2/12).

Dubes Kim menyebut bahwa salah satu alasan hubungan Amerika Serikat dan Indonesia begitu kuat adalah karena sama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai seperti demokrasi, hak asasi manusia, keragaman, dan toleransi.

“Nilai-nilai tersebut harus berlaku untuk setiap anggota masyarakat, termasuk kelompok LGBTQI+,” imbuh dia.

Di setiap negara, tambahnya, dialog tentang hak asasi manusia sangat penting. Dialog, bagaimanapun juga merupakan hal yang fundamental bagi demokrasi. Demokrasi yang maju disebut bersikap menolak kebencian, intoleransi, dan kekerasan terhadap kelompok mana pun, juga mendorong dialog yang mencerminkan keragaman luas di masyarakat mereka.

“Mengetahui bahwa orang-orang LGBTQI+ di seluruh dunia mengalami tingkat kekerasan dan diskriminasi yang tidak proporsional, penting untuk melanjutkan dialog dan memastikan rasa saling menghormati satu sama lain, daripada menganggap seolah-olah isu tersebut tidak ada,” beber Dubes Kim kemudian.

Dengan demikian, dia mendorong agar negara-negara seperti Indonesia dan AS dapat saling belajar mengenai cara melawan kebencian dan memastikan masyarakat yang lebih sejahtera dan inklusif untuk semuanya.

138