Home Pendidikan Perguruan Tinggi Swasta di Papua dan Papua Barat Perlu Tetap DIbantu, dari Soal Beasiswa hingga Pengadaan Dosen

Perguruan Tinggi Swasta di Papua dan Papua Barat Perlu Tetap DIbantu, dari Soal Beasiswa hingga Pengadaan Dosen

Jakarta, Gatra.com - Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) XIV wilayah Papua-Papua Barat, Dr. Suriel S. Mofu, S.Pd, M.Ed., TEFL., M.Phil (Oxoa) menjelaskan masih minimnya fasilitas yang diterima lembaganya dalam mengelola Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Papua-Papua Barat.

“Kita belum punya kantor. Meski saat ini, kami telah mendapatkan dukungan atau dana SBSN untuk pembangunan kantor LLDIKTI di Papua, di Biak,” kata Suriel di Kompleks Parlementer DPR RI, Senin (5/12).

Suriel mengungkap sudah 9 tahun LLDIKTI mengkontrak gedung milik gereja. Anggaran memang sudah tersedia, tapi diblokir karena izin prinsip belum ditandatangani presiden. Anggarannya mencapai Rp121.116.000 sejak Desember. “Kita mohon dukungan karena semua persyaratan sudah lengkap,” ucapnya.

Suriel melanjutkan, sebelumnya dalam pengadaan tenaga pendidik dosen dan tenaga kependidikan ada dukungan pemerintah terhadap perguruan tinggi perguruan tinggi swasta.

Ketika itu Pemerintah menugaskan tenaga dosen pegawai negeri sipil di pekerjakan di perguruan tinggi swasta. Namun, satu tahun setelah LLDIKTI dibuka di Papua, dukungan tersebut sudah dihentikan sejak 2014.

“Oleh sebab itu, kami meneruskan usulan dari berbagai perguruan tinggi yang ada, agar pengadaan dosen-dosen pegawai negeri sipil berbagai perguruan tinggi itu masih perlu  diadakan sehingga bisa mendukung pengembangan kualitas perguruan tinggi perguruan tinggi,” tuturnya.

Kekurangan Dosen Orang Papua Asli

Keluar masuknya dosen PTS di Papua cukup tinggi karena sebagian besar bukan orang Papua asli, kemampuan biaya kuliah di PTS sangat terbatas sehingga sulit untuk lanjut ke jenjang S2 atau S3, keterlambatan pelaporan PDDikti operator kerap ganti dan kesulitan mendapat operator menjadi penyebab kendala tenaga dosen.

“Kami minta agar bantuan atau hibah sarana prasarana dan laboratorium atau praktikum itu kalau bisa diadakan untuk membantu perguruan tinggi, sehingga sarana prasarana bisa dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi,” paparnya.

Kuota Beasiswa 

Suriel juga meminta kuota pemberian beasiswa diperbanyak, karena kenyataannya pembagian beasiswa untuk mahasiswa yang berkuliah di PTS jumlahnya masih kurang dari jumlah siswa yang ada.

“Kita dapatnya sedikit. Setiap tahun cuma 3 ribu paling banyak. Padahal mahasiswa kita yang 60 ribu ini jadi persoalan sendiri,” ungkapnya.

245