Home Hukum Dari 'Hajar, Chad!' Sampai Skenario Tembak-menembak, Ini Kronologi Versi Sambo

Dari 'Hajar, Chad!' Sampai Skenario Tembak-menembak, Ini Kronologi Versi Sambo

Jakarta, Gatra.com - Terdakwa pembunuhan Brigadir J, Ferdy Sambo, mengungkapkan kronologi pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dari sudut pandangnya. Sambo mengaku, ia sempat memarahi Brigadir J sebelum peristiwa penembakan itu terjadi.

Sambo bercerita, pada saat itu, ia memerintahkan Kuat Ma'ruf untuk memanggil Brigadir J. Sambo mengatakan, perintah itu ia sampaikan saat ia bertemu dengan Kuat di jalan menuju dapur rumah dinasnya di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Setelah itu, Sambo pun masuk dan bertemu dengan Bharada E yang turun dari lantai atas rumahnya. Tak lama setelahnya, Brigadir J masuk dengan didampingi Kuat Ma'ruf dan Ricky Rizal di belakangnya.

Sambo mengaku, saat itu ia merasa sangat emosional terhadap Brigadir J. Ia kemudian bertanya pada ajudannya itu, mengenai pelecehan yang terjadi pada Putri Candrawathi. Namun, jawaban Brigadir J setelahnya justru terdengar seperti nada menantang bagi Sambo.

"Saya sampaikan ke Yosua, 'Kenapa kamu tega sama Ibu?'. Jawaban Yosua tidak seperti yang saya harapkan. Dia malah menanya balik, 'Ada apa, Komandan?'. Seperti menantang," kata Ferdy Sambo, dalam persidangan terhadap Bharada E, Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf, di PN Jakarta Selatan, Rabu (7/12).

Sambo pun mengaku lupa dengan apa yang terjadi setelah itu. Namun, yang ia ingat, ia sempat menyebut Brigadir J kurang ajar, sebelum akhirnya memerintahkan Bharada E untuk menghajar Brigadir J.

"Saya bilang (ke Yosua), ‘Kamu kurang ajar!'. Saya perintahkan Richard untuk, 'Hajar, Chard!'," ungkap Sambo. "(Saya perintahkan Richard), 'Hajar, Chad! Kamu hajar, Chad!'."

Sambo mengklaim, setelah perintahnya itu, Bharada E pun melesatkan peluru panas pada Brigadir J, hingga ia roboh. Menurutnya, peristiwa itu berlangsung sangat cepat. "Itu kejadian cepat sekali, tidak sampai sekian detik, karena cepat sekali penembakan itu," kata Sambo.

Sambo mengaku kaget setelah penembakan itu terjadi. Ia pun meminta agar Bharada E berhenti. Bahkan, ia mengaku bingung dengan cara menangani penembakan yang terjadi itu.

"Saya kaget, kemudian saya sampaikan, ‘Stop! Berhenti!’. Begitu melihat Yosua jatuh, kemudian sudah berlumuran darah, saya jadi panik, Yang Mulia. Saya tidak tahu bagaimana harus menyelesaikan penembakan ini," ucapnya.

Sambo kemudian berpikir dan mencoba mencari cara untuk menutupi penembakan yang terjadi itu. Dari sanalah tercetus ide untuk membuat skenario tembak-menembak.

"Kemudian saya melihat ada senjata Yosua di pinggang (Yosua), saya kemudian mengambil dan mengarahkan tembakan ke dinding, Yang Mulia," katanya.

Saat itu, kata Sambo, ia berpikir bahwa harus ada bekas tembakan Brigadir J di tempat kejadian peristiwa (TKP). Oleh karena itulah, ia melesatkan peluru dari pistol Brigadir J, ke sejumlah titik di rumahnya, sebelum akhirnya ia lap dengan menggunakan masker dan ia taruh di samping Brigadir J.

Setelah itu, Sambo mengatakan bahwa ia keluar dari dalam rumah, dan bertemu dengan ajudannya, yakni Adzan Romer. Ia pun memerintahkan Romer untuk memeriksa kondisi Putri Candrawathi di dalam rumah.

Sambo juga memerintahkan sopirnya, Prayogi Iktara Wikaton, untuk memanggil ambulans. Saat itu, ia berpikir bahwa Brigadir J masih bisa diselamatkan apabila segera dilarikan ke rumah sakit.

Tak lama setelahnya, ia pun kembali masuk ke dalam rumah untuk bertemu dengan sang istri yang tengah melaksanakan isolasi mandiri. Putri Candrawathi pun kemudian bertanya pada Sambo mengenai apa yang terjadi. Namun, Sambo mengaku tak menjawab istrinya, dan hanya mengatakan bahwa mereka akan bertolak ke kediaman pribadi mereka di Jalan Saguling III, Jakarta Selatan. Ia pun memerintahkan Ricky Rizal untuk membawa Putri menuju Saguling.

Menurut Sambo, ia kembali masuk ke dalam rumahnya setelah itu. Ia menenangkan Bharada E dan mengatakan bahwa ia akan bertanggung jawab dengan peristiwa penembakan yang terjadi. Ia juga mengaku, saat itulah ia baru menyampaikan skenario tembak-menembak itu kepada Bharada E.

"Saya kemudian masuk ke dalam memanggil Richard untuk menyampaikan bahwa, ‘Saya akan bertanggung jawab, Chad, yang penting kamu sampikan bahwa ini peristiwa tembak-menembak. Saya akan bela kamu karena ini peristiwa, saya harus bertanggung jawab’," ujar Sambo.

"Kemudian saya sampaikan, kamu harus menceritakan bahwa Ibu (Putri Candrawathi) minta tolong, kemudian kamu turun dari tangga dan kamu menegur Yosua, Yosua nembak kamu, dan kamu melakukan penembakan," lanjutnya.

Setelah menyampaikan skenario itu, Sambo pun pergi keluar. Ia menghubungi Kepala Biro Provos Divpropam Polri Benny Ali sebagai orang pertama yang ia kontak pada saat itu, untuk mengatakan bahwa ada peristiwa tembak-menembak yang terjadi di rumahnya. Hal itu ia katakan, sebagaimana skenario tembak-menembak yang telah ia bangun pada saat itu.

"Saya sampaikan [ke Benny Ali], ‘Tolong ke rumah saya, ada tembak menembak’," ujar Sambo.

96