Home Ekonomi Fenomena “Desember Effect“ di Bursa Saham

Fenomena “Desember Effect“ di Bursa Saham

Jakarta, Gatra.com – Head of Advisory & Investment Connoisseur Moduit, Manuel Adhy Purwanto, mengatakan, biasanya terjadi beberapa fenomena menarik kerap terjadi di bursa saham ketika mendekati akhir tahun, salah satunya “December Effect”.

Manuel di Jakarta, Sabtu (10/12), menjelaskan, “December Effect” ditunjukkan dengan meningkatnya volume pembelian saham di pasar.

Meski tak selalu ada tiap tahun, namun, kalau fenomena ini datang, biasanya ditantai dengan akumulasi masif menjelang Hari Natal hingga penutupan perdagangan pasar di akhir tahun.

Fenomena yang juga kerap disebut “Santa Claus Rally” itu kemungkinan dikaitkan dengan psikologi suka cita pelaku pasar melakukan aksi beli saham menyambut datangnya Santa Claus (simbol inspiratif Natal).

Secara teori, kata Manuel, aksi akumulasi beli saham tersebut dipicu oleh aksi window dressing oleh fund manager dan emiten untuk meningkatkan kinerja portofolio kelolaannya. Tujuannya, agar posisi portofolio mereka terlihat lebih cantik saat menyajikan laporannya kepada pemilik dana.

“Secara sederhana, praktik window dressing bisa diibaratkan sebuah kado yang dibungkus dengan kertas aneka warna, lalu diberi pita agar terlihat lebih cantik dan menarik,” ujarnya.

Upaya mempercantik portofolio, ternyata tak hanya berlaku menjelang akhir tahun. Tapi juga kerap terjadi setiap kuartalan, yakni Maret, Juni, serta September. Aksi akumulasi itu dilakukan dalam rangka mengantisipasi kinclongnya laporan keuangan emiten yang diasumsikan lebih baik dari kuartal atau tahun sebelumnya.

Setelah window dressing, peluang berikutnya berlanjut dengan fenomena “January Effect” yang biasanya berlangsung pada pekan pertama, kedua, dan ketiga di bulan Januari atau awal tahun.

Namun demikian, lanjut Manuel, tak tertutup kemungkinan siklus psikologi pergerakan pasar itu terjadi sepanjang Januari tanpa jeda penurunan yang ditandai dengan aksi akumulasi atau beli oleh para pengelola dana besar untuk mengisi keranjang portofolionya.

Menurut Manuel, beberapa fenomena tesebut bisa memberikan rasa optimistis bagi pemodal yang ingin menambah portfolio di akhir tahun. Pasalnya, peningkatan likuiditas di pasar yang signifikan tersebut biasanya memicu kenaikan harga saham yang kemudian mengerek indeks harga saham gabungan (IHSG).

Meski demikian, Manuel mengingatkan para investor perlu hati-hati menyikapi window dressing. Investor harus mempunyai ketersediaan informasi investasi dan data yang lengkap, akurat, dan update.

Terkait itu, kata Manuel, sesuai visi semua orang berhak sejahtera, Moduit berupaya membantu perbaikan dan meningkatkan kesejahteraan dengan menggunakan ekosistem dan kekuatan digital.

“Kami berharap dapat menjangkau lebih banyak investor berinvestasi di reksa dana dan obligasi,” katanya.

Ia menyampaikan, pihaknya hadir dan siap membantu masyarakat yang berminat berinvestasi di reksa dana dan obligasi yang menguntungkan, sekaligus membuka kesempatan bagi masyarakat untuk bersama-sama meraih tujuan investasi.

780