Home Lingkungan Perubahan Penanganan Sampah Ditularkan lewat Pendidikan

Perubahan Penanganan Sampah Ditularkan lewat Pendidikan

Bantul, Gatra.com – Keberhasilan perubahan perilaku penanganan sampah di rumah lewat aplikasi bakal ditularkan dan disebarluaskan lewat institusi pendidikan. Aplikasi ‘Pasti Angkut’ yang dikelola desa di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dikerjasamakan dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Melalui kerjasama yang ditandatangani Sabtu (10/12) siang, pengelola aplikasi pengelolaan sampah ‘Pasti Angkut’, tidak sekadar menangani sampah di UMY. Namun akan diajak berkolaborasi dalam perubahan perilaku pada mahasiswa dan pemanfaatan teknologi hasil riset UMY.

Kepala Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, Wahyudi Anggoro Hadi, menyatakan kesepakatan kerjasama ini bakal menjadi pintu masuk upaya perubahan perilaku penanganan sampah, khususnya dari mahasiswa.

“Sejak beroperasi pada September lalu, 1.500 pelanggan yang kami kelola sudah mulai berubah perilakunya dalam penanganan sampah. Mereka sudah melakukan pemilahan yang pada akhirnya mendatangkan banyak kemudahan,” kata Wahyudi.

Menurutnya, kerjasama dengan UMY ini menjadi satu langkah baik dalam strategi pengelolaan mandiri sampah oleh produsen. Mahasiswa akan menjadi ujung tombak dalam perubahan perilaku penanganan sampah di lingkungannya.

“Pada akhirnya, jika ini memang terwujud dengan baik, maka permasalahan sampah di hulu bisa diselesaikan mandiri dan berdampak penanganan sampah di hilir akan mampu menerapkan sistem ekonomi sirkular,” terangnya.

Direktur PT Pasti Angkut Salva Yurivan Saragih dari pembacaan data pelanggan, perubahan perilaku pemilahan sampah sudah dilakukan oleh kalangan rumah tangga. Sedangkan di kalangan mahasiswa, terutama di wilayah kos-kosan masih belum.

“Dari sini kita ingin mahasiswi nanti peduli dengan penanganan sampahnya secara mandiri dengan memilah. Karena jika dilakukan mulai sekarang, saat berumah tangga mereka sudah terbiasa,” terangnya.

Wakil Rektor UMY Bidang Sumber Daya Keuangan dan Aset, Suryo Pratolo, berkata lahirnya kesepakatan ini akan memberikan solusi awal pada permasalahan pengelolaan sampah dihadapi kampusnya.

Sebagai kampus yang tiga kali meraih predikat Green Campus, UMY menurutnya selalu bermasalah dengan keberadaan sampah yang dihadirkan civitas akademik. Ini belum termasuk sampah hijau dari ratusan pohon yang seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik.

“Dalam kolaborasi ini, kami juga menginginkan mahasiswa dan dosen kami belajar, maupun melakukan riset yang pada akhirnya akan menghasilkan teknologi penanganan sampah tepat guna bagi masyarakat,” paparnya.

Lewat aplikasi ‘Pasti Angkut’, Pemdes Panggungharjo menawarkan pengangkutan sampah rumah tangga dengan ongkos proporsional yang disesuaikan beratan sampah. Satu kilogram sampah yang diangkut dihargai Rp1.000.

Sistem ini turut memberikan keuntungan bagi konsumen atau rumah tangga yang turut bertanggung jawab dengan memilah sampah dalam tiga kategori, yakni basah, daur ulang, dan residu.

Jika semua ini dijalankan konsumen, pengambilan sampah basah tidak dipungut biaya, sampah daur ulang dibeli, dan hanya sampah residu seperti pampers, pembalut, dan kain yang akan dibayar konsumen.

677