Home Pendidikan Lirik Potensi Tren Kopi Kekinian, Lulusan Vokasi Diberi Pelatihan Jadi Barista

Lirik Potensi Tren Kopi Kekinian, Lulusan Vokasi Diberi Pelatihan Jadi Barista

 

Jakarta, Gatra.com- Lulusan pendidikan vokasi diharapkan bisa menangkap peluang dari tren bisnis kedai kopi kekinian yang tengah menjadi tren. Selain didorong untuk memenuhi kebutuhan industri, siswa vokasi juga diharapkan mampu merintis usaha kopi. Oleh karenanya, lembaga kursus dan pelatihan (LKP) harus mengakomodir siswa vokasi dalam upaya menangkap potensi tersebut.

Direktur Kursus dan Pelatihan (Dirsuslat) Kemendikbudristek, Wartanto mengatakan, LKP akan terus memfasilitasi lulusan pendidikan vokasi untuk mendapatkan pelatihan sebagai calon barista. Selain pembekalan keterampilan barista, nantinya lulusan vokasi juga didorong untuk menciptakan inovasi produk dari kopi kekinian yang memang terus berkembang.

Berdasarkan data Kemendikbudristek, dilihat dari jumlah peminatan peserta, peserta didik barista telah mengalami peningkatan. Pada 2020, ada 455 peserta didik barista, pada 2021 terdapat peningkatan menjadi 1.075, pada 2022 kembali meningkat menjadi 1.130 atau sekitar 240 persen, meski hanya dalam 3 tahun.

“Saya harap, program pelatihannya agar terus diperkuat dan terus berupaya menyesuaikan perkembangan zaman,” ujar Wartanto dalam keterangannya, Minggu (11/12).

Dari sisi pebisnis kopi, Pemilik Critoe Coffee, Sugeng Pujiono mengakui bahwa bisnis usaha kopi kekinian memang cukup menjanjikan. Selain memang sedang menjadi tren dan gaya hidup masyarakat, keuntungan dari bisnis ini juga cukup menjanjikan.

Sugeng mencontohkan, dengan modal sekitar Rp3.200,00 untuk satu cup es kopi susu gula aren, keuntungan yang didapat bisa mencapai Rp7.000,00 per cup-nya. Itu pun dengan asumsi penjualan es kopi susu yang terbilang cukup murah, yakni Rp10.000,00.

“Artinya, dijual Rp5.000,00 saja kan juga sudah untung. Akan tetapi, rata-rata es kopi susu gula aren kan dijual di atas Rp10.000,00 per cup-nya,” kata Sugeng menjelaskan.

Sugeng yang sudah mendirikan beberapa cabang coffee shop juga mengatakan bahwa pada dasarnya siapa pun bisa dengan mudah membuka usaha kopi kekinian. Namun, bagaimana mempertahankan kelangsungan usaha tersebut tentu membutuhkan upaya tersendiri.

“Kuncinya adalah memperbanyak ide dan gagasan dengan cara mengasah keterampilan, menambah pengetahuan, serta terus meningkatkan sikap dan perilaku positif,” kata Sugeng.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Kiki Yuliati mengatakan, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan rasio kewirausahaan yang masih berada di angka 3,18 persen. Angka tersebut jauh dibawah negara-negara maju yang umumnya berada di kisaran 12 persen. Rasio Kewirausahaan Indonesia kata Dirjen Kiki bahkan masih berada di bawah negara-negara tetangga, seperti Malaysia yang sudah mencapai 4,74 persen dan Thailand di 4,26 persen.

“Tidak hanya untuk meningkatkan rasio kewirausahaan kita saja, tetapi (program PKW) juga (diharapkan) agar anak-anak muda kita menjadi lebih cepat mandiri,” kata Kiki.

Ia menilai bahwa program PKW cukup efektif dan efisien dalam menghasilkan wirausahawan atau entrepreneur. Sehingga, guna mempersiapkan calon-calon wirausahawan yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut, Kiki menekankan pentingnya lembaga-lembaga kursus menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

“Dengan begitu, alumni program PKW semakin terakselerasi dan semakin cepat membangun bisnisnya sendiri,” paparnya.

267