Home Ekonomi Dibayangi Gejolak Ekonomi Global, BI Optimis Stabilitas Rupiah Bakal Terjaga

Dibayangi Gejolak Ekonomi Global, BI Optimis Stabilitas Rupiah Bakal Terjaga

Jakarta, Gatra.com - Bank Indonesia (BI) memprediksi stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) akan tetap terjaga. Bahkan, Rupiah diperkirakan bakal menguat begitu ketegangan dan gejolak global rampung. "Sesuai dengan faktor fundamentalnya," ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam Outlook Perekonomian Jakarta 2023 secara virtual, Rabu (14/12).

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin Selasa (13/12) ditutup melemah 29 poin ke level Rp15.657 per Dolar AS. Pelemahan Rupiah didorong oleh penguatan indeks Dolar AS pada perdagangan kemarin, yang diduga terjadi akibat para investor menunggu bank sentral The Fed (Federeal Reserve) memperbarui prospek suku bunga menjelang rilis data inflasi AS yang akan diumumkan hari ini.

Sementara itu, menurut Perry, optimisme BI terhadap penguatan Rupiah didasari atas prediksi pertumbuhan ekonomi RI yang akan tetap tinggi, inflasi yang rendah hingga hasil lelang surat berharga negara (SBN) yang menarik. Adapun pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 5,3% dan inflasi inti pada Semester I tahun 2023 sebesar di bawah 4%. "Itu menjadi dukungan dari stabilitas eksternal yang terjaga," ucapnya.

Selain itu, Perry menyebut penguatan Rupiah juga akan didorong dari transaksi perdagangan yang seimbang pada tahun depan. Diketahui, Indonesia telah menorehkan surplus neraca perdagangan hingga 30 bulan berturut-turut. Menurutnya, capaian tersebut didukung sepenuhnya dari kinerja ekspor yang cemerlang.

Di sisi lain, Perry juga optimistis bahwa akan ada banyak modal asing yang masuk sehingga neraca modal turut surplus pula. "Ini akan mendukung cadangan devisa kita," tuturnya.

Menurut Perry, sejumlah kebijakan moneter akan diambil BI bersama pemerintah. Terutama dalam hal menurunkan inflasi dan stabilisasi nilai Rupiah, kata dia, ada tiga instrumen khusus yang bakal dilakukan.

Salah satunya, yaitu menerapkan kebijakan suku bunga acuan yang front loaded, pre-emptive dan forward looking secara terukur. Dengan begitu, ekpekstasi inflasi dapat menurun. "Memastiksan inflasi inti akan kembali ke sasarannya," katanya.

Instrumen kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah juga akan dilakukan untuk menghadapi dan memitigasi tekanan ekonomi global. Ihwal penguatan Rupiah, Perry menyebut pihaknya akan melalukan triple intervension, yaitu melalui pasar spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) maupun transaksi SBN di pasar sekunder.

"Stabilitas nilai tukar Rupiah sangat penting untuk memitigasi incore inflation, menjaga stabilitas makro ekonomi, dan sistem keuangan. Selain itu, tentu saja, mendorong pemulihan ekonomi kita," imbuhnya.

106