Home Nasional Peneliti Sebut Kualitas Bibit Pengaruhi Produksi Pertanian

Peneliti Sebut Kualitas Bibit Pengaruhi Produksi Pertanian

Jakarta, Gatra.com - Salah satu faktor yang bisa meningkatkan produksi pertanian adalah kualitas bibit dan benih. Karena itu, menurut Peneliti Institutefor Development of Economics and Finance (INDEF) Rizal Taufikurahman, pengembangan bibit harus dan perlu terus dilakukan.

"Bibit menjadi salah satu faktor produksi, input dalam memproduksi di sektor pertanian," ucapnya dalam webinar bertajuk "Outlook Sektor Pertanian 2023: Dampak, Tantangan dan Upaya Menghadapi Resesi Global Tahun 2023", Jumat (16/12).

Berdasarkan hasil penelitian Rizal, selama ini, bantuan benih bermutu yang diberikan pemerintah turut memberikan dorongan hasil produksi. Sejak 2018, bantuan tersebut memiliki tren mempengaruhi kenaikan produksi tanaman horikultura.

Rizal mencontohkan, pada 2018, benih bermutu cabai rawit memberikan kontribusi sebesar 200 ribu ton dari total 1,7 juta cabai rawit yang diproduksi. Jumlahnya bahkan terus menunjukkan peningkatan meskipun tidak secara drastis.

Untuk itu, Rizal merekomendasikan agar implikasi kebijakan ini mesti terus direvitalisasi. Misalnya, dengan jangkauan yang semakin diperluas dan dinaikkan. Kualitas bibit yang diberikan pun kudu terus terjaga.

Dengan kata lain, inovasi dan pemanfaatan teknologi harus dilanjutkan dalam menciptakan bibit berkualitas. Rekayasa genetik bibit yang mampu adaptif terhadap perubahan iklim, kata Rizal, diperlukan. Sebab, cuaca ekstrem tak menentu terus melanda dalam beberapa tahun terakhir.

Selain itu, Rizal menyebutkan bahwa perbaikan manajemen terkait bantuan benih bermutu juga harus menjadi perhatian. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan memaksimalkan alokasi anggaran, manajemen yang tepat sangat diperlukan. "Mulai dari perencanaan, pengadaan, distribusi, monitoring, hingga evaluasi. Hal ini agar proses dan output produksi semakin meningkat," terangnya.

Rizal menegaskan bahwa optimalisasi kebijakan ini menjadi faktor penting untuk meningkatkan produksi domestik. Hal ini bisa menjadi modal dalam menghadapi potensi krisis pangan global pada 2023 mendatang.

70