Home Ekonomi Industri Makanan dan Minuman Terancam Gulung Tikar, Apindo Ungkap Alasannya

Industri Makanan dan Minuman Terancam Gulung Tikar, Apindo Ungkap Alasannya

Jakarta, Gatra.com - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan industri makanan dan minuman (mamin) terancam gulung tikar. Pasalnya, menurut dia para pelaku industri mamin kesulitan mendapat pasokan bahan baku utama berupa gula rafinasi.

"Kelangkaan gula rafinasi jadi berulang kali permasalahannya karena terlambatnya penerbitan persetujuan pengadaan (impor)," kata Hariyadi dalam konferensi pers Outlook Ekonomi dan Bisnis Apindo 2023, Rabu (21/12).

Ia berujar kondisi stok gula rafinasi di industri mamin saat ini mulai meresahkan alias sangat tipis persediaannya. Karena itu, ia minta pemerintah segera berbenah diri dengan mempercepat birokrasi perizinan impor gula rafinasi.

"Kalau ini juga tidak cepat dilakukan izinnya (impor), kita khawatir industrinya akan tutup. Tutupnya karena enggak ada bahan baku," ujarnya.

Ihwal pengadaan bahan baku industri dari luar, kata dia, adalah hal yang krusial untuk menjamin kelancaran produksi di dalam negeri. Pengusaha menilai sikap pemerintah sangat lambat dalam merespon dan menindaklanjuti keluhan para pelaku industri.

Karena itu, dunia usaha menuding sikap pemerintah inkonsisten dalam menerapkan kebijakan, termasuk dalam hal pengadaan bahan baku industri dari luar negeri. Kesulitan mendapatkan bahan baku impor tidak hanya terjadi pada komoditas gula rafinasi, tetapi juga pada komoditas kacang almond.

"Contohnya kebijakan pengenaan tarif bea masuk bahan baku almond untuk diolah di dalam negeri menjadi produk jadi. Padahal almond harus diimpor karena tidak bisa dibudidayakan di dalam negeri," beber Hariyadi.

Anehnya, menurut Hariyadi pemerintah justru membebaskan bea masuk produk olahan almond dari luar negeri. Padahal sikap melenceng pemerintah itu, dinilai pengusaha menyebabkan industri pengolahan almond di dalam negeri kalah bersaing karena banjirnya produk impor di pasar domestik.

"Persoalan yang sudah disampaikan lebih dari dua tahun ini sampai saat ini belum mendapatkan solusi sehingga mengancam industri dalam negeri," imbuhnya.

311