Home Lingkungan Ekonom: Perubahan Paradigma Diperlukan Menuju Sustainable Economy

Ekonom: Perubahan Paradigma Diperlukan Menuju Sustainable Economy

Jakarta, Gatra.com - Dalam menuju sustainable economy, diperlukan perubahan paradigma bagi seluruh pihak. Kepala Trisakti Sustainability Center, Juniati Gunawan menyatakan bahwa aspek lingkungan, sosial, serta tata kelola (LST) didahulukan dibandingkan dengan aspek ekonominya.

"Sustainablility harus punya pikiran yang kebalik, bukan ekonomi duluan. Aspek lingkungan, sosial, tata kelola duluan, bagaimana perusahan bisa menjaga kinerja itu untuk ekonomi. Untuk mengubah ini, tidak bisa cepat," ujarnya dalam media briefing bertajuk “Satu Tahun Pencabutan Izin Konsesi & Investasi Hijau”, Kamis (5/1).

Ia menerangkan bahwa perlu dibuat strategi terkait bagaimana kinerja ketiga faktor itu mampu mendatangkan ekonomi yang berkelanjutan. Sebab, dampaknya akan terlihat dalam menuju ekonomi hijau ini.

Namun, Juni menilai bahwa saat ini, banyak perusahaan yang hanya berfokus pada cost yang mahal dalam menuju sustainable economy. Padahal, efisiensi justru menjadi tujuan dalam penerapannya.

"Cost saja fokusnya, karena tidak digunakan secara strategis, ya biaya semua. Bisa nggak, berpikir gini, bahwa aspek LST adalah efisiensi, hemat energi, jaga lingkungan hidup. Tidak usah biaya besar-besar," jelasnya.

Banyaknya biaya sangat berkaitan dengan kebutuhan akan pencitraan perusahaan. Ia menuturkan bahwa bagi perusahaan yang diminta untuk investasi hijau, kebanyakan yang dilakukan perusahaan langsung melakukan perubahan besar-besaran. Padahal, prinsipnya ada pada efisiensi.

"Mereka beli solar panel ramai-ramai. Efisiensinya berapa? Hanya 20-30%. Itu biaya. Kenapa nggak ngurusin yang bisa dikontrol di dalam? Untuk hemat-hemat dulu, kan efeknya juga di lingkungan," ucapnya.

Dalam mendukung investasi hijau ke depan, faktor utama yang sangat berpengaruh adalah pimpinan. Menurut Juni, ketika pemimpin sudah berkomitmen dengan konsisten, maka perwujudan sustainable economy bukan hal yang mustahil.

"Kita butuh sustainable leadership. Kalau pimpinan tidak punya jiwa sustainability, tidak punya komitmen yang konsisten, nggak jalan. Kalau pimpinan nggak gerak, sulit sekali," katanya.

Ia mengatakan bahwa investasi hijau juga bisa terjadi bila adanya iklim yang mendukung. Artinya, sistem reward-punishment dan penegakan aturan yang ada harus berjalan dengan optimal.

"Kalau masih imbauan doang, balik lagi ke komitmen, pimpinan," lanjutnya.

Untuk itu, ia meminta agar perubahan paradigma, serta dukungan dari pimpinan dan iklim investasi hijau harus diterapkan. Bagi Juni, apabila prosesnya memang membutuhkan waktu bukanlah masalah, selama semua pihak sudah sejalan dalam mewujudkan investasi hijau.

536

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR